Internasional, gemasulawesi – Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan baru-baru ini, Hamas menyatakan dengan tegas menolak upaya yang dilakukan Israel dan pendukungnya untuk ikut campur dalam masa depan Jalur Gaza.
Hamas menyampaikan bahwa faksi-faksi yang ada di Palestina menegaskan posisi nasional mereka yang bersatu bahwa tidak akan ada kesepakatan atau pertukaran tahanan tanpa penghentian agresi di Jalur Gaza secara menyeluruh.
Selain itu, Hamas juga menekankan pemerintahan yang berada di Jalur Gaza yang terkepung merupakan masalah nasional.
Dalam pernyataan yang sama, Hamas juga mengumumkan dukungan penuh mereka terhadap upaya yang dilakukan berbagai pihak untuk memberikan bantuan untuk warga Palestina dan meringankan penderitaan mereka akibat agresi Israel.
Hamas dilaporkan menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dan juga bermitra dengan lembaga apapun, termasuk juga di dalamnya lembaga pemerintah terkait.
“Ini dalam kerangka untuk memperkuat perlindungan yang dibutuhkan oleh rakyat Palestina dari rencana pendudukan Israel,” katanya.
Di sisi lain, Sami Abu Zuhri, yang merupakan kepala biro politik Hamas di luar negeri, dikabarkan menuduh Amerika Serikat berupaya untuk mencegah negara lain untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap Israel, seperti halnya dengan kasus genosida yang diajukan oleh Afrika Selatan ke Mahkamah Internasional (ICJ).
Diketahui jika pengadilan internasional kemarin telah memulai sidang gugatan kasus genosida yang dilakukan oleh Israel, dengan laporan bahwa beberapa aktivis pro-Palestina berkumpul di Den Haag dari seluruh Eropa untuk memberikan dukungannya.
“Pihak Palestina berharap ICJ akan mengeluarkan perintah untuk menghentikan agresi ini,” ujarnya.
Baca Juga:
Ajukan Kasus Genosida ke ICJ, Pakar Sebut Afrika Selatan Adili Kemunafikan Penjajah Israel dan Barat
Abu Zuhri menambahkan apa yang terjadi di Gaza adalah perang genosida yang nyata dan juga belum pernah terjadi sebelumnya yang dilakukan oleh Israel dengan dukungan dari para pendukungnya di Barat.
Di sisi lain, data terbaru dari Kementerian Kesehatan di Gaza menunjukkan lebih dari 10.000 dari sekitar 1,1 juta anak di Gaza telah terbunuh sejak tanggal 7 Oktober 2023.
“Mereka terpaksa melarikan diri dari kekerasan dan seringkali berulang kali, serta harus menghadapi teror yang masa depannya tidak pasti,” jelasnya. (*/Mey)