Parigi Moutong, gemasulawesi - Eks Ketua Gemppar, Awalun, menegaskan bahwa siapa pun yang memimpin Kabupaten Parigi Moutong ke depannya harus menghormati perjuangan rakyat dalam memekarkan wilayah tersebut.
Ia mengingatkan agar tidak ada yang mencoba membolak-balik fakta sejarah mengenai proses panjang yang telah dilalui demi berdirinya kabupaten itu.
Menurut Awalun, Kabupaten Parigi Moutong bukanlah hadiah yang diberikan begitu saja oleh Kabupaten Donggala, melainkan hasil dari perjuangan panjang yang melibatkan banyak tokoh dan masyarakat.
Ia menuturkan bahwa perjuangan tersebut telah berlangsung sejak 1963 dan mencapai puncaknya pada 1999, saat terjadi aksi penjemputan paksa yang menyebabkan banyak tokoh pemekaran harus berkorban.
Baca Juga:
KPU Gorontalo Utara Mulai Menerima Masukan dan Tanggapan Masyarakat Terkait Paslon dalam PSU
Hal tersebut disampaikan Awalun dalam acara buka bersama yang digelar pada hari ke-19 bulan suci Ramadhan 2025. Acara tersebut dihadiri oleh puluhan tokoh eksponen Gemppar dan para pejuang pemekaran Kabupaten Parigi Moutong.
Acara yang berlangsung pada Rabu, 19 Maret 2025, ini diselenggarakan di kediaman Awalunsyah Passau di Jalan Maggau Janggo, Kelurahan Masigi, Kecamatan Parigi.
Tema yang diusung dalam pertemuan ini adalah "Kilas Balik Setelah 23 Tahun Kabupaten Parigi Moutong Berdiri."
Dalam kesempatan tersebut, Awalun kembali menegaskan bahwa sejarah perjuangan pemekaran ini harus dipahami oleh generasi saat ini maupun yang akan datang.
"Jadi harus dipahami bahwa kami memperjuangkan kabupaten ini puluhan tahun dari sejak tahun 1963 oleh orang-orang tua kami, dan pada puncaknya penjemputan paksa kami lakukan pada tahun 1999, disitulah banyak tokoh pemekaran yang berdarah-darah," jelas Awalun.
Sementara itu, eks Sekretaris Jenderal Gemppar, Arifin Sunusi, juga menegaskan bahwa perjuangan pemekaran Kabupaten Parigi Moutong tidak terlepas dari niat untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.
Ia mengingatkan bahwa saat perjuangan berlangsung, segala konsekuensi hukum yang mungkin terjadi telah disadari oleh para tokoh pemekaran.
Namun, demi masa depan generasi, mereka tetap memilih untuk melanjutkan perjuangan.
Baca Juga:
SPBU di Bogor Ketahuan Pakai Alat Canggih untuk Curangi BBM, Begini Modusnya
"Kami bersepakat saat itu, apapun yang terjadi, pemekaran Kabupaten Parigi Moutong adalah harga mati bagi kami," jelas Arifin Sunusi pada acara tersebut. (Abdul Main)