Jakarta, gemasulawesi – Dinas Kesehatan DKI Jakarta memberikan imbauan agar masyarakat menggunakan masker saat sedang berada di tengah kerumunan untuk mencegah penularan TBC.
Ani Ruspitawati, yang merupakana Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, mengatakan bahwa ketika seseorang yang menderita TBC mendadak batuk atau bersin tanpa menutup mulut, maka bakteri TBC dapat tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet.
Hal tersebut diketahui disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, saat dihubungi hari ini, tanggal 26 Maret 2024.
Ani menerangkan jika Mycobacterium tuberculosis, yang diketahui menjadi penyebab TBC, dapat menyebar melalui percikan dahak atau bersin jika penderita TBC tidak menutup mulutnya.
“Bakteri ini dapat bertahan di udara selama beberapa jam di dalam ruangan yang gelap dan juga lembap, sebelum akhirnya terhirup oleh orang lain,” katanya.
Oleh karena itu, Ani menyampaikan jika masyarakat disarankan untuk menutup mulut dan juga hidung saat sedang bersin atau batuk dengan menggunakan tisu, sapu tangan atau juga dapat dengan menggunakan lengan atas bagian dalam.
“Penting juga untuk memastikan sirkulasi udara yang baik di dalam rumah, serta juga mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup,” ujarnya.
Dia menambahkan hal lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan menjalani terapi pencegahan TBC untuk orang-orang yang berisiko tinggi, seperti misalnya narapidana, tenaga kesehatan dan juga pasien HIV/AIDS.
Ani Ruspitawati menuturkan jika sebaiknya masyarakat segera mengunjungi fasilitas kesehatan setempat jika mengalami gejala TBC, seperti batuk terus menerus tanpa atau dengan dahak, sesak nafas, demam yang berlangsung lama, penurunan berat badan dan nyeri dada.
“Untuk gejala lainnya dapat berupa batuk berdarah, berkeringat saat malam meskipun tidak melakukan aktivitas fisik dan hilangnya nafsu makan,” terangnya.
Ani menyatakan jika menurut data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, jumlah kasus TBC pada tahun 2023 yang dilaporkan mencapai sekitar 60.240 kasus.
Untuk jumlah tersebut, disebutkan jika sekitar 59.217 adalah kasus TBC sensitif obat atau SO, sementara sekitar 1,203 adalah kasus TBC resisten obat atau RO. (*/Mey)