Nasional, gemasulawesi – Menurut laporan, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, menyatakan jika pemilu di Indonesia adalah salah satu pemilu yang paling rumit di dunia.
Selain itu, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, mengatakan jika pemilu di Indonesia juga termasuk yang paling kompleks di dunia.
“Pemilu yang diadakan di Indonesia adalah salah satu pemilu yang paling besar di dunia yang dilakukan dalam waktu 1 hari untuk 5 jenis pemilihan,” katanya.
Baca Juga:
Akui Ada Perubahan Data Perolehan Suara Caleg pada Sirekap, KPU Sebut Karena Sinkronisasi Sistem
Mendagri menyebutkan jika 5 jenis pemilihan tersebut adalah pemilihan capres dan cawapres, DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten atau Kota dan DPD.
Tito juga membandingkan pemilu di Indonesia dengan pemilu beberapa negara yang lain, seperti yang Cina.
“Untuk Cina, dia tidak melakukan pemilu, karena 1 partai, sosialis, sedangkan untuk India, mereka melakukan proses pemilu hampir 2 bulan dikarenakan per negara bagian,” ujarnya.
Lebih lanjut, Menteri Dalam Negeri mengatakan jika Amerika Serikat juga sama halnya dengan India, melakukannya per negara bagian dan berturut-turut waktunya dalam beberapa bulan.
“Kalau Indonesia hanya 1 hari dan ditambah juga dengan adanya pemilihan DPD, DPR, DPRD tingkat 1 dan tingkat 2, maka itu menjadikan pemilu di Indonesia salah satu yang paling rumit di seluruh dunia,” terangnya.
Tito mengungkapkan jika memobilisasi masyarakat ke TPS untuk memilih, yang termasuk di dalamnya memobilisasi petugas yang jumlahnya hampir 8 juta orang dan pengawas yang berjumlah 800.000 orang bukan pekerjaan yang mudah.
“Karena itu, penyelenggaraan pemilu tidak mungkin sempurna,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Mendagri juga mengakui kemungkinan kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam pemilu.
“Yang lebih penting adalah kekurangan tersebut bukan kekurangan yang sistematis, masif dan juga terstruktur,” jelasnya.
Menurut Tito, jika ada kekurangan yang terjadi seperti kesalahan-kesalahan input, surat suara yang robek atau cacat, serta beberapa hal yang lainnya, maka itu harus diulangi dan juga diajukan keberatannya.
“Saya menyarankan untuk menggunakan mekanisme yang ada,” pungkasnya. (*/Mey)