Internasional, gemasulawesi – Kemarin, tanggal 14 Februari 2024, dilaporkan jika militer penjajah Israel memerintahkan sekitar 300 orang staf medis, 450 pasien dan juga ratusan pengungsi Palestina untuk meninggalkan RS Nasser.
Laporan yang sama menyebutkan jika militer penjajah Israel menghancurkan gerbang utara RS Nasser.
“Militer penjajah Israel juga memblokirnya dengan tumpukan pasir dan juga puing-puing reruntuhan,” kata salah satu sumber yang tidak disebutkan namanya.
Baca Juga:
Perang Palestina, Afrika Selatan Peringatkan Serangan Penjajah Israel ke Rafah Abaikan Keputusan ICJ
Dia menambahkan jika hanya gerbang timur yang terbuka sekarang.
Selain itu, dilaporkan jika tank dan kendaraan lapis baja juga ditempatkan di depan gerbang timur.
Sumber juga menyampaikan bahwa ada kamera pengenal wajah yang dipasang militer penjajah Israel di gerbang timur RS Nasser.
Disebutkan jika berdasarkan pengalaman sebelumnya dalam serangan yang dilakukan penjajah Israel di sejumlah rumah sakit di Jalur Gaza, pemasangan kamera pengenal wajah dan peralatan yang berteknologi tinggi berarti penggerebekan serta penangkapan massal akan segera terjadi.
Di sisi lain, PBB juga dilaporkan berulang kali memperingatkan terhadap operasi militer penjajah Israel skala besar di Rafah.
Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menyatakan jika masyarakat sipil tidak memiliki tempat lain untuk pergi karena sama sekali tidak ada lagi tempat yang aman di Rafah.
Baca Juga:
Putuskan Kembali ke Rumahnya, Seorang Warga Gaza Sebut Perjalanan Pulang Panjang dan Traumatis
Dalam postingan mereka di media sosial X, UNRWA juga mengunggah foto para pengungsi yang dipaksa untuk kembali berpindah ke bagian tengah Jalur Gaza.
Salah satu warga Palestina di Rafah, Said Jaber, mengungkapkan jika sekarang para pengungsi Palestina sekarang menghitung hari-hari sebelum penjajah Israel mengirimkan tank.
“Kami berharap hal tersebut tidak terjadi, namun, siapa yang dapat mencegah mereka?” tanyanya.
Said Jaber yang mengungsi bersama keluarganya menuturkan jika semua orang, termasuk dirinya kehilangan rumah dan juga pekerjaan.
“Kami telah muak dengan perang ini dan kita juga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk membangun kembali Gaza, serta mendapatkan kembali kehidupan kami,” tandasnya.
Diketahui jika Rafah bertetangga dengan Mesir, namun, Mesir telah menegaskan jika mereka tidak akan mengizinkan eksodus pengungsi Palestina melewati perbatasan. (*/Mey)