Internasional, gemasulawesi – Mengingat hingga kini penjajah Israel belum menghentikan agresinya, berbagai penderitaan harus ditanggung oleh rakyat Palestina, termasuk Jalur Gaza.
Namun, bukan hanya warga Palestina saja yang menderita dan menjadi satu-satunya korban agresi Israel, namun, hewan-hewan yang ada di kebun binatang yang masih tersisa di Jalur Gaza harus berjuang untuk dapat bertahan hidup dan menghadapi resiko kelaparan.
Hewan-hewan tersebut kini menghadapi berbagai resiko kematian di tengah kekurangan makanan, air dan juga perawatan medis yang mereka perlukan.
Laporan menyatakan jika beberapa hewan juga telah ditemukan meninggal akibat kekurangan makanan yang mereka derita.
Selain itu, penjaga kebun binatang terpaksa memberikan mayoritas hewan tersebut dengan makanan berupa roti yang direndam dalam air.
Hal ini dikarenakan saat ini makanan untuk hewan-hewan itu hampir mustahil untuk ditemukan.
Sedangkan harga apapun juga ikut meroket.
PBB melaporkan sekitar 2,2 juta warga Jalur Gaza menderita kelaparan akibat pemboman dan serangan yang belum juga berhenti.
“9 dari 10 penduduk Jalur Gaza tidak dapat melakukan apapun untuk mereka makan setiap harinya,” ujar mereka.
Di awal perang Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023 lalu, kebun binatang Rafah memutuskan menutup pintunya.
Namun, sejak saat itu, salah satu kebun binatang tersebut juga menerima sejumlah pengungsi Palestina yang datang untuk mencari perlindungan di lahan milik mereka.
Sementara itu, 2 negara di kawasan Amerika Latin, yakni Meksiko dan Chili diketahui mendesak ICC untuk melakukan penyelidikan terhadap kemungkinan potensi kejahatan perang di Jalur Gaza sejak tanggal 7 Oktober 2023 yang merupakan hari pertama agresi.
Kedua negara tersebut kini tergabung dalam tuntutan yang semakin meningkat akhir-akhir ini terhadap ICC (Pengadilan Kriminal Internasional).
Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Meksiko, disebutkan jika ICC merupakan forum yang tepat untuk menetapkan potensi tanggung jawab pidana, seperti yang kini dilakukan penjajah Israel kepada rakyat Palestina.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Chili, Alberto Van Klaveren, menegaskan Chili mendukung terhadap penyelidikan untuk segala kemungkinan kejaharan perang. (*/Mey)