Internasional, gemasulawesi – Kemarin, tanggal 10 Januari 2024, laporan menyebutkan upaya mediasi yang dilakukan Mesir antara Hamas dengan Israel dilanjutkan di Kairo.
Sumber Mesir yang tidak disebutkan namanya menyatakan langkah mediasi yang dilakukan Mesir ini terjadi setelah Israel membunuh Saleh Al-Arouri yang merupakan Wakil Ketua Hamas di Lebanon di hari Selasa pekan lalu.
Hal itu diketahui menyebabkan semua perundingan antara Hamas dengan Israel dihentikan sementara.
Baca Juga:
Dukung Palestina, Turkiye Sebut Penggunaan Hak Veto di DK PBB Telah Jadi Alat yang Merugikan
Di hari Senin, pejabat Mesir dikonfirmasi dan dilaporkan secara luas bahwa delegasi dari Israel tiba di Kairo yang merupakan ibukota Mesir, dalam upaya untuk menghidupkan kembali perundingan penyanderaan.
Dikabarkan jika Mesir yang menjadi mediator utama dalam konflik Hamas dengan Israel ini, sebelumnya telah menerima tanggapan rinci dari Hamas terhadap inisiatif perdamaian yang disampaikan Kairo sebelumnya.
Hal itu terjadi sebelum pembunuhan Al-Arouri di Beirut, Lebanon.
Baca Juga:
Serbu Kota Nablus di Tepi Barat, Penjajah Israel Buat 13 Warga Palestina Terluka
Tanggapan dari Hamas ini dilaporkan mencakup amandemen yang dianggap perlu oleh Hamas untuk terlibat secara efektif dalam proses mediasi.
Ini juga mencakup upaya baru untuk meningkatkan bantuan melalui penyeberangan Rafah.
“Qatar sedang bertukar pikiran dengan negara lain, dalam upaya untuk menengahi perjanjian perdamaian baru berdasarkan pertukaran sandera atau tahanan,” kata juru bicara Kemenlu Qatar, Majed Al-Ansari.
Dia menambahkan jika itu juga berkaitan dengan bantuan kemanusiaan yang penting ke Jalur Gaza.
Disebutkan jika permasalahan signifikan yang muncul dari perundingan yang diinisiasi Mesir ini adalah keinginan Israel untuk saling membebaskan tahanan atau sandera tanpa melakukan gencatan senjata yang menyeluruh.
Sedangkan amandemen yang diusulkan oleh Hamas, yakni menuntut komitmen eksplisit dari Israel.
Hal ini diketahui termasuk janji untuk tidak melanjutkan permusuhan jika terjadi pertukaran tahanan atau sandera dan menyetujui gencatan senjata jangka panjang.
Sikap Hamas dengan kata lain menunjukkan fokus pada pembentukan gencatan senjata yang langgeng, dibandingkan dengan Israel yang menginginkan jeda, seperti gencatan senjata sebelumnya yang hanya berlangsung selama seminggu.
Oleh karena itu, dikabarkan jika pemerintah Israel memberikan tekanan pada Mesir dan Qatar untuk mempengaruhi Hamas ke arah ini. (*/Mey)