Internasional, gemasulawesi – Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, baru-baru ini dalam pernyataan terbarunya mengungkapkan jika terlalu banyak orang di Jalur Gaza yang harus menghadapi rintangan besar hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, juga mengecam situasi mengerikan di Jalur Gaza yang terkepung dan dengan sengaja diblokir oleh Israel.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyampaikan dalam sambutannya yang diposting di media sosial X bahwa situasi yang dialami, pria, wanita dan anak-anak di Gaza masih memprihatinkan.
“Terlalu banyak rakyat yang terbunuh, terutama anak-anak,” katanya.
Dia menambahkan terlalu banyak orang yang masih mengalami tantangan dalam hal akses terhadap makanan, air, obat-obatan dan kebutuhan pokok yang dibutuhkan dalam hidup.
Dalam turnya, Blinken juga mengungkapkan bahwa dia datang untuk membahas situasi di Jalur Gaza dengan mitra regional, yang termasuk di dalamnya Turkiye.
“Ini bukanlah pembicaraan yang mudah karena ada perspektif yang berbeda, kebutuhan yang berbeda dan persyaratan yang berbeda,” ujarnya.
Antony Blinken memaparkan sangat penting untuk semua orang untuk terlibat dalam diplomasi ini sekarang demi masa depan Jalur Gaza sendiri.
“Yang lebih luas lagi adalah demi masa depan Israel, dan Palestina serta kawasan secara keseluruhan,” ucapnya.
Antony Blinken diketahui mengadakan tur Timur Tengah untuk mencegah eskalasi perang Gaza secara regional.
Lebih lanjut, Blinken mengatakan jika aini adalah kunjungan keempatnya ke wilayah tersebut sejak tanggal 7 Oktober 2023 lalu ketika konflik Gaza pertama kali pecah.
Blinken menekankan bahwa mereka telah fokus untuk penyebaran konflik sejak hari pertama.
Di kesempatan yang tersebut, Blinken menyoroti bahwa mereka akan berdiskusi dengan mitra mereka selama kunjungannya tentang apa yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran konflik.
“Kami akan membahas tentang perlindungan warga sipil, memberikan lebih banyak bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan dan juga membebaskan tahanan yang tersisa dari operasi Hamas di awal Oktober,” ucapnya. (*/Mey)