Internasional, gemasulawesi - Setelah kembali melanjutkan agresinya di awal Desember lalu seusai gencatan senjata dilakukan, dilaporkan jika pasar gelap telah berkembang pesat di Palestina.
Pasar gelap itu disebutkan semakin meningkatkan kerentanan warga Palestina di tengah kekurangan makanan dan barang-barang penting yang diperlukan untuk bertahan hidup.
Warga Palestina di Gaza menyatakan bahwa pasar gelap yang kini ada telah meningkatkan kesulitan mereka ketika mencob bertahan dari perang yang tetap dilakukan Israel.
Saat pagi tiba, tidak terhitung banyaknya pengungsi dan rakyat Palestina, terutama yang di Jalur Gaza, yang segera menuju ke pasar untuk membeli apa yang mereka bisa.
Namun, kenyataannya seringkali mereka pergi meninggalkan pasar tersebut dengan tangan kosong karena harga yang mahal yang tidak dapat mereka tanggung.
Mohammed Al-Ashram yang merupakan salah satu pengungsi mengungkapkan jika karena harga yang melonjak gila-gilaan, dia hanya dapat membeli sedikit sayuran dan daging untuk anak-anaknya.
Baca Juga: Hamas Lakukan Perekrutan di Lebanon, Apa Dampaknya untuk Hizbullah?
“Kami semua adalah pengungsi yang dipaksa untuk meninggalkan rumah kami, selain juga tidak dapat membawa harta benda kami,” katanya.
Dia menambahkan jika para pedagang di tempatnya kini memperlakukan kami seperti turis dan bukan pengungsi serta miskin.
“Para pedagang itu mengira memiliki kekayaan yang besar dan juga harus membelanjakannya di pasar,” ujarnya.
Baca Juga: Aksi Solidaritas, Aktivis Serukan Masyarakat Dunia Berhenti Gunakan Kartu Kredit hingga Seminggu
Komoditas yang mengalami lonjakan harga yang signifikan setelah Israel melancarkan agresinya seperti unggas, daging, sayuran dan buah-buahan.
Jika dibandingkan, sebelum perang pecah di tanggal 7 Oktober 2023, warga Palestina di Gaza biasa membeli tomat yang harganya 0,3 USD untuk 1 kg tomat.
Namun, sekarang setiap kilonya menjadi 1,5 USD setelah perang.
Baca Juga: Masih Agresi, Ini Bagaimana Hamas Mengejutkan Penjajah Israel dan Pertaruhkan Masa Depannya
Disebutkan apa yang membuat masalah ini menjadi lebih buruk adalah rakyata Palestina kesulitan untuk mendapatkan bantuan pangan yang memasuki Jalur Gaza,
Dan hal ini memaksa mereka untuk bergantung pada pasar lokal untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari.
UNRWA diketahui secara resmi mengawasi pengiriman bantuan, namun, mereka juga memperingatkan jika jumlah bantuan yang tiba tidak memenuhi kebutuhan para pengungsi. (*/Mey)