Internasional, gemasulawesi - Pada operasi yang dilakukan Hamas di tanggal 7 Oktober 2023 yang dikatakan belum pernah terjadi sebelumnya diketahui mengejutkan Israel dan mengungkapkan kegagalan yang mencolok dalam badan intelijen dan kebijakan keamanannya.
Namun, masih terdapat pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya salah dengan Israel yang hingga kini masih membingungkan banyak analis.
Dalam beberapa laporan, disebutkan jika intelijen Israel telah lama bangga dengan teknologi canggih yang mereka miliki.
Baca Juga: Hamas Lakukan Perekrutan di Lebanon, Apa Dampaknya untuk Hizbullah?
Sementara itu, sistem pengawasan yang mereka punya juga dianggap terbaik di dunia.
Namun, di awal Oktober itu, para pejuang Hamas berhasil menembus dan mengatasi sistem pertahanan yang canggih ini dengan cukup mudah.
Yang berhasil ditembus oleh Hamas juga termasuk dengan pembatas keamanan yang nilainya mencapai 1 milyar USD yang disebutkan selesai di tahun 2021 lalu.
Baca Juga: Aksi Solidaritas, Aktivis Serukan Masyarakat Dunia Berhenti Gunakan Kartu Kredit hingga Seminggu
Pembatas keamanan itu mengelilingi Jalur Gaza dan juga Iron Dome Israel.
Kegagalan nyata lain dari intelijen Israel adalah kemampuan spyware Israel.
Itu termasuk dengan perangkat lunak Pegasus yang dikembangkan di Israel dan digunakan lebih dari 40 negara di dunia untuk melakukan pelacakan politisi, pejabat pemerintah, aktivis hak asasi manusia dan juga termasuk jurnalis.
Baca Juga: Masih Agresi, Ini Bagaimana Hamas Mengejutkan Penjajah Israel dan Pertaruhkan Masa Depannya
Mengingat perangkat lunak yang kontroversial ini dapat menyusup ke telepon seluler dan dapat mengakses berbagai macam hal seperti log panggilan, kata sandi hingga media sosial, Israel jelas tidak memiliki informasi dari intelijen mereka mengenai rencana Hamas.
Sage-Passant yang merupakan ajun profesor intelijen dan spionase di Sciences Po Paris menyatakan jika terdapat juga sejumlah kegagalan taktis Israel serta kekurangan operasional dan logistik pada hari serangan itu terjadi.
“Kita sudah dapat melihat perbandingannya dengan Perang Yom Kippur dan kegagalan intelijennya, dimana intelijen Israel berpotensi bekerja berdasarkan asumsi bahwa musuh mereka kurang mampu,” katanya.
Baca Juga: Dihancurkan, Pertempuran Shuja’iyya Disebutkan Akan Jadi Salah Satu Prestasi Hebat Brigade Al Qassam
Menurut salah satu pakar, Clarke, bahkan, ketika Hamas berlatih selama berminggu-minggu di perbatasan Israel dengan Gaza, Israel tetap berpegangan pada prasangka bahwa latihan militer yang semacam itu hanyalah sebuah sikap.
“Dan bahwa Hamas lebih peduli dengan pembangunan ekonomi,” tandasnya. (*/Mey)