Nasional, gemasulawesi – Menurut laporan, Presiden Jokowi menyatakan jika Hari Kartini merupakan peringatan akan perjalanan panjang kaum perempuan dalam menemukan kesetaraan mereka.
Hal tersebut diketahui disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam unggahan Instagramnya yang diposting pada hari ini, 21 April 2024.
Presiden Jokowi juga mengajak masyarakat Indonesia untuk menjadikan Hari Kartini tidak hanya sekedar seremoni.
“Namuun, Hari Kartini adalah lambang perjuangan perempuan untuk kepemimpinan dan juga untuk kekuatan yang mereka miliki,” postingnya.
Dia juga mengucapkan selamat Hari Kartini untuk semua perempuan Indonesia.
Dalam unggahannya tersebut, Presiden Jokowi juga menyertakan sebuah video yang memperlihatkan proses pembuatan ilustrasi RA Kartini yang disertai dengan lagu Ibu Kita Kartini, yang merupakan lagu ciptaan Wage Rudolf Supratman.
Unggahan Presiden Jokowi tersebut juga ramai dikomentari oleh para warganet.
Beberapa juga mengucapkan selamat Hari Kartini di kolom komentar yang mendapatkan respons dari netizen yang lainnya.
Diketahui jika Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April 2024 yang merujuk pada Keputusan Presiden RI Nomor 108 Tahun 1964, yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno.
Sementara itu, dalam setiap peringatan Hari Kartini, surat-surat RA Kartini kembali digaungkan dalam rangka mengenang sejarah pahlawan emansipasi tersebut saat menyelamatkan kaum perempuan Indonesia dari masa-masa gelap penjajahan.
RA Kartini pertama kali mulai menulis surat pertamanya di tahun 1899 lalu.
Kartini diketahui menuliskan surat pertamanya untuk salah satu rekannya yang juga termasuk dengan aktivis pergerakan feminisme di Belanda, Estelle Zeehandelaar.
Baca Juga:
Pemerintah Rencanakan Buka 26.319 Formasi CASN Tahun 2024 demi Penguatan Aparatur Sipil Negara
Dalam surat pertamanya tersebut, Kartini menuliskan keresahannya yang menginginkan kebebasan untuk bergerak sebagai seorang perempuan.
Kartini mengungkapkan jika dia tidak ingin terkungkung dalam rutinitas domestik yang mewajibkan perempuan Jawa untuk tinggal di rumah saat itu dan juga tidak memiliki kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri.
RA Kartini juga mengeluhkan komunikasi dengan saudara-saudaranya yang terbatas oleh aturan yang cukup mengekang saat itu.
Selain itu, dalam salah satu suratnya, RA Kartini juga menentang budaya poligami yang masih kental dilakukan di Jawa pada masanya. (*/Mey)