Nasional, gemasulawesi – Menurut laporan, kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel, menyatakan jika sinergi berbagai pihak diperlukan untuk menanggulangi dan mencegah paham radikal.
Menurut Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel, hal tersebut dikarenakan BNPT tidak mungkin untuk bekerja sendiri untuk melakukannya.
Hadir dalam Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme atau FKPT dan Duta Damai Jawa Barat, Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel menuturkan jika mencegah paham radikal terorisme merupakan tugas dari semua orang.
Baca Juga:
Kunjungan Kerja ke Bandung, Presiden Jokowi Nikmati Malam Minggu di Jalan Braga
“Hal tersebut mustahil untuk diwujudkan jika BNPT melakukan kerja sendiri,” terangnya.
Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel menyampaikan jika kerja sama antara FKPT dan Duta Damai dapat lebih diperkuat ke depannya.
“Dan juga lebih diintensifkan,” katanya.
Baca Juga:
Akan Lakukan Sejumlah Agenda, Wapres Ma’ruf Amin Berangkat ke Abu Dhabi
Dia menerangkan jika dengan berbagai program, baik FKPT dan juga Duta Damai perlu melakukan kerja sama untuk membangun daya tahan masyarakat terhadap ideologi radikal yang banyak dikhawatirkan banyak pihak dapat menjamur di Indonesia.
“Itu dapat dilakukan dengan membangun kesadaran di tengah-tengah masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rycko menambahkan jika sinergi atau kerja sama tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan beberapa seminar.
“Dapat juga dengan melalui siaran langsung yang banyak terdapat di media sosial yang dikelola oleh Duta Damai,” jelasnya.
Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel memaparkan jika nantinya dalam seminar tersebut, FKPT untuk bidang keagamaan dapat mengisi siaran langsung di media sosial dengan menghadirkan kajian-kajian keagamaan.
“Kajian tersebut adalah dalam rangka upaya memerangi paham radikal,” ucapnya.
Kepala BNPT menuturkan jika berbagai upaya yang sengaja dilakukan adalah bentuk edukasi kepada masyarakat dan juga sebagai upaya pencegahan yang dilakukan sedini mungkin.
“Kata kunci untuk memberantas jaringan terorisme menggunakan edukasi sebagai kata kuncinya,” paparnya.
Untuk potensi radikalisme, menurut Rycko, terdapat 3 kelompok yang sangat mudah untuk dipengaruhi, yakni remaja, anak-anak dan juga perempuan.
“Meskipun di tahun 2023, Indonesia nol serangan terorisme, namun, itu tetap tidak dapat dijadikan dasar untuk menyatakan jika Indonesia telah aman dari ancaman terorisme,” pungkasnya. (*/Mey)