Sumatera Barat, gemasulawesi - Gunungan pakaian bekas hasil sumbangan bagi korban banjir di Parambahan, Tanah Datar, Sumatera Barat, menimbulkan kekhawatiran baru bagi para pengungsi.
Alih-alih membantu korban terdampak banjir, pakaian-pakaian tersebut justru menjadi tumpukan sampah karena banyak yang tidak layak pakai.
Dalam sebuah video yang diunggah oleh pengguna TikTok @dedetsaugia, terlihat jelas betapa parahnya kondisi pakaian-pakaian sumbangan untuk para korban terdampak banjir tersebut.
Baju-baju bekas tersebut berserakan di berbagai sudut, membentuk gunungan yang hampir mencapai atap rumah.
Pengunggah video tersebut, yang juga seorang pengungsi, menyampaikan rasa frustrasinya terhadap kondisi sumbangan tersebut.
"Kalian ingin memberikan bantuan atau hanya ingin membuang sampah ke korban banjir? Kami menerima donasi berupa baju bekas, namun harap yang masih layak pakai. Jangan baju yang rencananya kalian buang terus kalian kirim ke sini,” ujar dedetsaugia dalam videonya yang diunggah, dikutip pada Senin, 27 Mei 2024.
Masalah ini menggambarkan situasi yang sering terjadi di banyak bencana alam, di mana niat baik para donatur tidak selalu diikuti dengan tindakan yang sesuai.
Banyak orang yang berniat membantu dengan mendonasikan pakaian bekas mereka, namun sering kali tidak memperhatikan kondisi barang yang disumbangkan.
Akibatnya, baju-baju yang seharusnya bisa membantu malah menjadi beban tambahan bagi para korban bencana.
Para pengungsi di Parambahan, yang sudah menghadapi tantangan besar akibat banjir, kini harus berurusan dengan tumpukan pakaian yang tidak bisa mereka manfaatkan.
Selain tidak layak pakai, pakaian-pakaian ini juga dinilai menambah beban lingkungan karena harus dibuang dan diurus lebih lanjut.
Situasi ini mengundang perhatian lebih luas tentang bagaimana seharusnya bantuan disalurkan.
Organisasi kemanusiaan dan lembaga sosial sering kali memberikan panduan tentang jenis sumbangan yang dibutuhkan, termasuk standar kelayakan pakaian yang akan didonasikan.
Penting bagi para donatur untuk mematuhi panduan ini agar bantuan yang diberikan benar-benar bermanfaat.
Melalui video ini, akun @dedetsaugia mengingatkan kita semua bahwa donasi bukan sekadar soal memberi, tetapi juga soal memperhatikan martabat dan kebutuhan mereka yang menerima.
Baju bekas yang disumbangkan harus dalam kondisi baik dan layak pakai, sehingga benar-benar bisa membantu para korban bencana dalam masa-masa sulit mereka.
Hal ini lantas menimbulkan beragam pendapat pro dan kontra yang memadati kolom komentar, sebagaimana terlihat dalam unggahan di akun Instagram @fakta.indo.
“Sebagai relawan yang pernah nyortir donasi pakaian layak pakai, kadang (mohon maaf) donatur memanfaatkan donasi ini kayak buang baju yang gak layak pakai. Dulu lebih dari 50 persen donasi yang diterima gak layak pakai. Kebanyakan sobek, gak ada kancing, dan warnanya bladus parah. Jadi gue bisa memaklumi kalo ada korban bencana yang nolak bantuan kayak gini. Mereka bukan pengepul sampah dari lemari donator,” tulis akun @cha***.
Namun ada juga yang menilai jika pengunggah video terlalu berlebihan dalam menginformasikan donasi pakaian tersebut.
“Di spill dong pak, pakaiannya setidak layak apa? Namanya pakaian bekas, kadang warna pudar, ada coretan, ada noda, ada robek sedikit. Selama fungsi pakainya ada, selama itu masih dapat digunakan,” ungkap akun @awa***. (*/Shofia)