Momen Langka! Hutan Dibabat untuk Area Pertambangan, Warga dari Suku Togutil di Halmahera Timur, Maluku Utara Datangi Para Pekerja Proyek

Suku Togutil di Halmahera Timur mendatangi kawasan pertambangan, diduga akibat hutan yang menjadi tempat tinggalnya dibabat habis.
Suku Togutil di Halmahera Timur mendatangi kawasan pertambangan, diduga akibat hutan yang menjadi tempat tinggalnya dibabat habis. Source: Foto/Tangkap layar Instagram @fakta.indo

Maluku Utara, gemasulawesi - Sebuah momen yang mencengangkan terjadi di kawasan pekerja pertambangan, yang berada di belakang Desa Waijoi, Kecamatan Wasile Selatan, Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara.

Ketegangan terjadi ketika tiga anggota Suku Togutil, suku pedalaman yang hidup secara tradisional, datang ke kawasan pertambangan di Halmahera Timur.

Penjaga suku Togutil bersama kedua putrinya itu pun menghampiri para pekerja proyek dari PT Weda Bay Nickel.

Warga suku Togutil itu pun disambut dengan ramah serta diberi makan oleh para pekerja proyek.

Baca Juga:
Viral Keluhan Warga Lampung Selatan Soal Jenazah Kakaknya yang Ditahan di Kamboja Akibat Terkendala Biaya, Minta Bantuan Presiden Jokowi

Kedatangan Suku Togutil di lokasi pertambangan diduga sebagai reaksi terhadap rusaknya hutan tempat mereka tinggal dan bergantung hidup.

Dimana hutan sebagai tempat mereka tinggal kini menjadi gundul usai dibabat untuk area pertambangan nikel dan camp untuk para pekerja yang ada di sana.

Suku Togutil dikenal sebagai suku primitif yang hidup erat dengan alam dan terisolasi dari dunia modern.

Mereka bermukim di kawasan hutan Halmahera Timur dan sangat bergantung pada sumber daya alam yang ada di sekitar mereka.

Baca Juga:
Libur Panjang Hari Raya Waisak, KCIC Sebut Jumlah Penumpang Tertinggi Mencapai 21267 Orang

Namun, akhir-akhir ini, hutan tempat mereka tinggal dan mencari kehidupan mulai dibabat habis oleh perusahaan-perusahaan tambang.

Kehadiran mereka di kawasan pertambangan bukanlah atas keinginan mereka sendiri, melainkan karena terpaksa.

Mereka menghadapi ancaman serius terhadap keberlangsungan hidup mereka karena hilangnya habitat alami dan sumber daya yang menjadi penopang utama kehidupan sehari-hari.

Hutan bukan hanya tempat tinggal bagi Suku Togutil, tetapi juga sumber pangan, obat-obatan, dan kebutuhan hidup lainnya.

Baca Juga:
Lontaran Material Mencapai Jarak Maksimal 300 Meter, Gunung Dempo di Sumatera Selatan Dikabarkan Mengalami Erupsi Hari Ini

Kedatangan suku ini menjadi simbol dari dampak buruk eksploitasi sumber daya alam terhadap masyarakat adat yang hidup secara tradisional.

Mereka harus meninggalkan kehidupan mereka yang harmonis dengan alam karena pembabatan hutan yang tidak bertanggung jawab.

Kehadiran mereka di kawasan pertambangan juga menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan pelestarian lingkungan dan keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam.

Momen ini juga menginspirasi untuk refleksi dan tindakan lebih lanjut dalam menjaga kelestarian hutan dan menghormati hak-hak masyarakat adat.

Baca Juga:
Bikin Heboh! Bobby Nasution Diduga Kehilangan Uang Miliaran Rupiah di Rumah Dinasnya, Polisi Tangkap 3 Pelaku, Begini Kronologinya

Perlu adanya upaya bersama dari pemerintah, perusahaan, dan masyarakat luas untuk menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat.

Keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan pelestarian lingkungan serta keberlangsungan budaya-budaya tradisional harus menjadi fokus dalam menghadapi tantangan ini.

Vidoe kedatangan 3 orang Suku Togutil menjadi viral usai diunggah di berbagai platform media sosial, salah satunya Instagram @fakta.indo hingga menimbulkan beragam komentar warganet.

"Kasian ya, gak binatangnya, gak penduduk aslinya disitu. Bener-bener terusik banget cuma karena ego," tulis @tha***.

Baca Juga:
Serang Kamp Pengungsi di Rafah, Warga Palestina Sebut Pasukan Penjajah Israel Membakar Orang dalam Keadaan Hidup

Tak sedikit yang menyoroti soal semakin banyaknya hutan yang kini dirubah jadi area pertambangan.

"Suka gak suka, mau gak mau, mereka akan kaget dengan lingkungan sekitarnya dimana hutannya telah berganti menjadi pertambangan," tulis @fry***. (*/Shofia)

...

Artikel Terkait

wave
Sejarah dan Keindahan Benteng Belgica di Pulau Neira dengan Saksi Bisu Kejayaan VOC dan Pesona Alam Maluku

Menguak sejarah dan keindahan Benteng Belgica di Pulau Neira, saksi bisu kejayaan VOC dengan panorama alam memukau.

Intiplah Keajaiban Alam dengan Mengungkap Misteri dan Keindahan Danau Tolire di Maluku Utara yang Menghadirkan Panorama Memikat!

Mengungkap misteri dan keindahan Danau Tolire, perairan mistis di Ternate, Maluku Utara, dengan cerita legenda yang memikat.

Upaya Penanganan Darurat Bencana Erupsi Gunung Ibu di Maluku Utara, BNPB Kirim 16 Ton Bantuan Logistik untuk Warga Terdampak

Dibantu Tim BPBD Halmahera Barat dan PMI, BNPB salurkan 16 ton bantuan logistik dan peralatan untuk warga terdampak erupsi Gunung Ibu.

Desa Algadang di Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, Dilanda Banjir Bandang, 150 Rumah Warga Tenggelam

150 rumah warga tenggelam akibat banjir bandang yang melanda di Desa Algadang, Kecamatan Aru Tengah, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku.

Tidak Lagi Menginap di Makassar, Jemaah Calon Haji Maluku pada Tahun 2024 Cukup Menunggu hingga 4 Jam Langsung Pindah Pesawat ke Arab Saudi

Pada tahun ini, jemaah calon haji asal Maluku cukup menunggu hingga 4 jam langsung pindah pesawat menuju ke Arab Saudi.

Berita Terkini

wave

Maut Mengintai di Buranga: Mengapa Tambang Ilegal di Depan Mata Polres Parigi Moutong Seolah Tak Tersentuh?

Bahaya di PETI Buranga berpotensi sama dengan Tambang ilegal yang berada di gunung Nasalena. Ancaman maut reruntuhan material mengintai.

Maut di Lubang Emas Lobu: Menagih Tanggung Jawab Pengelola PETI atas Tewasnya Penambang

Emas berdarah Parigi moutong kembali telan korban jiwa, kali ini PETI berlokasi di Desa Lobu Kecamatan Moutong yang kena giliran.

Lawan Pembungkaman, KKJ Sulteng Kecam Intervensi Satgas BSH Terhadap Kemerdekaan Pers

Keberadaan Satgas BSH Dinilai hanya akan menjadi "tameng politik" yang berpotensi mengkriminalisasi pekerja jurnalis di Sulteng.

Emas Berdarah Parigi Moutong di Balik Bayang-Bayang Hukum

Aktifitas tambang ilegal di Desa Buranga dan Tombi, hanya berjarak kurang lebih 40 kilometer dari Polres Parigi moutong.

Hanya Sehari Pasca-Penertiban Polda Sulteng, Kades Karya Mandiri Diduga Ijinkan Tambang Ilegal Kembali Beroperasi

Kepala Desa Karya Mandiri di Kecamatan Ongka malino Parigi Moutong diduga terlibat dalam aktivitas tambang ilegal.


See All
; ;