Internasional, gemasulawesi - Beberapa waktu yang lalu, Hamas dan Israel sempat sepakat untuk gencatan senjata di Palestina yang diikuti dengan pertukaran tahanan dan sandera, yang salah satunya adalah Israa Jaabis.
Nama Israa Jaabis sendiri sempat tenar saat pertukaran tahanan karena kondisinya yang mengalami luka bakar parah saat akhirnya kini dapat bebas dari penjara Israel.
Diakui Israa Jaabis jika salah satu kekhawatiran terbesarnya setelah dibebaskan dari Penjara Hasharon yang diperuntukkan untuk tahanan perempuan adalah diterima kembali di komunitasnya.
Israa Jaabis menderita luka bakar tingkat satu dan tingkat tiga hingga 60% sekujur tubuhnya.
Selain itu, 8 jarinya juga harus diamputasi setelah mobilnya terbakar 500 meter dari pos pemeriksaan Israel Al-Zayyim di Yerusalem di bulan Oktober 2015.
Dilaporkan jika peristiwa yang diaalami oleh Israa Jaabis terjadi 2 minggu setelah dimulainya Intifada Pisau.
Intifada Pisau sendiri adalah pemberontakan yang terjadi di bulan Oktober 2015 melawan pendudukan Israel yang sebagian besar dilakukan oleh warga Palestina berusia remaja dan juga 20-an yang tidak terafiliasi dengan partai politik di Palestina.
Israa Jaabis tidak dapat mengangkat tangannya sepenuhnya karena kulit ketiaknya telah menyatu.
Telinga kanannya juga hampir hilang seluruhnya.
“”Saya hidup dalam kesakitan terus-menerus, dan harus bernafas melalu mulut karena salah satu lubang hidung yang saya miliki terdapat lubang menganga,” katanya.
Dia menambahkan jika dia tahu orang sebenarnya kesulitan saat melihatnya.
Karena insiden mobilnya itu, Israel lantas menuduh Israa Jaabis berusaha melakukan percobaan pembunuhan dengan ledakan.
Tuduhan itu dibantahnya, namun, pengadilan Israel menjatuhkan hukuman penjara 11 tahun di tahun 2017.
“Saya sebenarnya kehilangan kendali atas kendaraan yang saya gunakan untuk memindahkan perabotan rumah saya,” terangnya.
Dia memaparkan jika saat hidup di penjara dahulu, dia harus bergantung pada tahanan yang lain untuk membantunya melakukan tugas sehari-hari.
Saat ini, kebutuhannya yang paling mendesak adalah mendapatkan perawatan medis yang layak.
Namun, Israa menyatakan jika dia terlalu takut untuk pergi ke rumah sakit.
“Untuk berobat sekarang, saya lebih memilih untuk pergi ke luar negeri karena merasa dikejar,” jelasnya. (*/Mey)