Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, warga Gaza menderita kekurangan pakaian musim dingin di Gaza di tengah 40 hari terdingin dalam 1 tahun di wilayah tersebut.
40 hari terdingin yang dimaksud dikenal dengan nama masa dingin Al-Arbaeeniyyah, yang dimulai di akhir bulan Desember dan berakhir di awal Februari.
Sejak perang dimulai di tanggal 7 Oktober 2024, hampir 2 juta pengungsi Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mencari perlindungan di bagian selatan dan tengah Gaza, dan kini mereka hidup di tengah musim dingin dengan situasi yang ekstrim dengan perang yang tidak kunjung berhenti.
Baca Juga: Solidaritas, Ini Beberapa Negara di Dunia yang Membatalkan Perayaan Tahun Baru 2024 untuk Gaza
Pasar-pasar yang terdapat di Gaza, terutama di tengah-tengah Jalur Gaza dan kawasan Rafah dan Khan Younis di selatan, dilaporkan mengalami kekurangan pakaian yang parah.
Saat perang dimulai di tanggal 7 Oktober 2023, cuaca di Jalur Gaza berada dalam kondisi sedang, namun, kini musim dingin telah tiba.
Baru-baru ini, terdapat inisiatif dari pemuda untuk mendistribusikan pakaian kepada para pengungsi, namun, banyak dari upaya tersebut terhenti karena kurangnya persediaan barang.
Baca Juga: Gempa Bumi Guncang Jepang, Layanan Publik Kereta Cepat Shinkansen Dihentikan
Salah satu warga Gaza, Ismail Tayeh, mengungkapkan jika pakaian musim dingin tidak tersedia di pasar meskipun terdapat uang untuk membelinya.
“Hal itu disebabkan karena apa yang ditawarkan sangat langka dan tidak memenuhi kebutuhan semua orang yang terlantar,” katanya.
Kepala pedagang pakaian, Tamer Al-Akhras, menyampaikan terdapat kelangkaan yang besar untuk pakaian musim dingin.
Baca Juga: Gempa Berkekuatan 7,6 M Mengguncang Jepang, Peringatan Tsunami dan Mengungsi Dikeluarkan
“Para pedagang di Gaza tidak bersiap untuk menghadapi musim dingin atau membawa jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar di tengah suasana perang yang seperti sekarang,” ujarnya.
Al-Akhras menambahkan jika para pedagang sedang menunggu pakaian musim dingin yang tebal untuk datang melalui penyeberangan perbatasan.
“Namun, hal ini tidak terjadi karena perang pecah tanpa disangka-sangka sebelumnya,” ucapnya.
Dilaporkan terdapat fakta yang menyedihkan dimana banyak warga Gaza yang mencari pakaian bekas untuk mengatasi krisis yang semakin parah.
Hingga kini, lebih dari 21 ribu rakyat Palestina tewas dan banyak bangunan sipil yang hancur. (*/Mey)