Internasional, gemasulawesi – Pada bulan November, Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman, diketahui meminta semua negara untuk menghentikan ekspor senjatanya ke Israel terkait perang yang belum juga berhenti di Palestina.
Ini juga dikatakan merupakan hambatan lain dari rencana besar dari Amerika Serikat untuk menormalisasikan hubungan antara Israel dengan Arab Saudi.
Sebelum Israel menyerang Gaza di tanggal 7 Oktober 2023, sekitar beberapa minggu sebelumnya sedang berlangsung perjanjian normalisasi yang sedang dilakukan oleh Arab Saudi dengan Israel sebagai perantaranya.
Baca Juga: Beberapa Kali Pindah, Pengungsi Palestina Ungkap Mereka Hidup dalam Mimpi Buruk
Dikatakan jika kesepakatan tersebut akan menimbulkan perubahan geopolitik yang signifikan di wilayah Timur Tengah dan juga menyebabkan implikasi yang serius untuk gerakan nasional Palestina yang dilakukan untuk kemerdekaan Palestina dan menjadi salah satu pendorong utama dari serangan Hamas.
Namun, kini dengan perang yang tidak kunjung berhenti di Palestina, perjanjian normalisasi itu terhenti.
Anna Jacobs yang merupakan analis senior di International Crisis Group (ICG) mengatakan jika perjanjian normalisasi akan menjadi racun untuk Riyadh saat ini.
“Ketika genosida yang dilakukan Israel di Gaza menimbulkan semangat masyarakat dunia termasuk dengan Arab Saudi untuk membela Palestina, dimulainya kembali perundingan normalisasi itu akan menjadi radioaktif secara politik,” katanya.
Jacobs menambahkan dengan demonstrasi yang meletus di seluruh wilayah yang menuntut agresi Israel segera dihentikan, dan bahkan untuk mendukung Hamas, meskipun terdapat larangan ketat terhadap kebebasan berpendapat yang membuat jalan-jalan di Arab Saudi lebih sepi dibandingkan dengan negara lain, para pengguna saluran media sosial di Arab Saudi sangat marah kepada Israel.
“Dan, kini, Arab Saudi terus menggunakan kekuatan diplomatiknya yang semakin besar untuk menjadi pemimpin dengan terus menyerukan diakhirinya perang Palestina,” ujarnya.
Elham Fakro, yang merupakan analis senior Teluk, menyebutkan jika Arab Saudi telah mengambil langkah yang konkrit untuk mereka menyatakan solidaritasnya kepada Palestina.
“Ini termasuk dengan menundanya perbincangan normalisasi dengan Israel,” ucapnya.
Fakro melanjutkan jika hal ini yang membedakan Arab Saudi dengan negara-negara Arab lainnya yang kurang bersedia untuk mencocokkan retorika mereka dengan diplomasi dan juga tindakan. (*/Mey)