Internasional, gemasulawesi – Salah satu warga Jalur Gaza, Yasser Abu Shamala, mengakui dia pergi ke tempat rumah keluarganya pernah berdiri di Khan Younis yang berada di selatan Jalur Gaza.
Yasser Abu Shamala mengungkapkan jika dia akan mulai menggali puing-puing dengan tangan kosong dan mengangkat potongan beton untuk mencoba menemukan anggota keluarganya terkubur di bawah puing-puing.
Diketahui jika rumah keluarga Yasser Abu Shamala dibom oleh pasukan Israel pada tanggal 26 Oktober 2023 lalu.
Baca Juga: Kurangnya Pasokan Medis, 1000 Anak Telah Jalani Amputasi Tanpa Anastesi di Gaza
Serangan itu menghancurkan rumah keluarganya dan juga membunuh orang tua, saudara laki-laki dan sepupunya.
Serangan itu juga menewaskan 22 orang dan banyak lagi yang masih terjebak di bawah reruntuhan.
Anggota keluarga Abu Shamala termasuk ke dalam di antara lebih dari 7.000 orang yang dilaporkan hilang di Gaza.
Baca Juga: Masih Belum Tunjukkan Tanda Akan Berakhir, Ini Bagaimana Arab Saudi Mendekati Perang Palestina
Laporan menyebutkan angka 7.000 tersebut termasuk juga dengan 4. 900 anak-anak dan wanita.
“Orang yang hilang kami yakini terjebak di bawah bangunan yang dibom,” kata salah satu pejabat Hamas di Gaza yang tidak disebutkan namanya.
Meskipun kegagalan lebih sering ditemukannya, Abu Shamala tetap menolak untuk menyerah untuk menemukan keluarganya.
Baca Juga: Beberapa Kali Pindah, Pengungsi Palestina Ungkap Mereka Hidup dalam Mimpi Buruk
Dia tetap ingin menemukan kerabatnya dan menemukan mereka dari bawah reruntuhan rumah.
“Saya berharap dapat menguburkan mereka di kuburan dengan ritual Islam yang benar,” ujarnya.
Israel diketahui telah menjatuhkan ribuan bom sejak tanggal 7 Oktober 2023 yang menjadi hari pertama dimulainya perang.
Perang kali ini juga diyakini sebagai yang paling destruktif dan juga fatal yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini.
Sebuah pendapat di Gaza menyebutkan ketika perang terus berlanjut, menemukan dan menyelamatkan mereka yang terjebak di bawah reruntuhan menjadi semakin sulit.
Pertahanan Sipil Gaza diketahui bertugas untuk menyelamatkan orang-orang setiap kali sebuah bom dijatuhkan, namun, kemampuan mereka untuk melakukan penyelamatan dibatasi oleh kurangnya peralatan canggih.
“Peralatan yang kami gunakan sudah sangat ketinggalan zaman dan Pertahanan Sipil belum menerima peralatan baru sejak tahun 2006, serta Pertahanan Sipil juga harus bekerja dengan peralatan yang paling sedikit,” jelas Kapten Raed Saqr yang berasal dari Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan di Pertahanan Sipil Gaza. (*/Mey)