Internasional, gemasulawesi - Meskipun Majelis Umum PBB telah mengeluarkan resolusi gencatan senjata, diketahui jika hingga kini Israel masih terus melanjutkan gempurannya ke Palestina.
Kurangnya pasukan bahan bakar sejak perang tanggal 7 Oktober 2023 lalu menyebabkan banyak wilayah di Palestina terutama di Jalur Gaza yang mengalami kegelapan.
Lebih dari 18 ribu jiwa juga melayang dan ribuan rakyat Palestina yang lainnya masih tertimbun di reruntuhan.
Baca Juga: Pemboman Tanpa Henti, Perang Palestina Munculkan Istilah Baru Wounded Child No Surviving Family
Banyak warga Palestina yang mengatakan jika dengan pemboman yang terjadi terus menerus ini, banyak mayat dan potongan tubuh yang berserakan di jalanan.
Selain itu, terjadinya banjir beberapa waktu yang lalu juga menyebabkan penderitaan dari rakyat Palestina bertambah.
Laporan lain menyebutkan jika kru ambulans dan pertahanan sipil juga tidak dapat menanggapi permintaan masyarakat karena tidak ada sistem telepon yang beroperasi sekarang ini.
Euro-Med Monitor menyatakan dalam suatu kesempatan jika serangan Israel untuk kali ini terjadi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Nakba dan penuh dengan kekerasan yang tentu saja akan berakibat buruk terutama ke anak-anak Palestina.
Hal ini juga dikarenakan serangan Israel juga menyasar rumah sakit-rumah sakit yang berada di Palestina, terutama di Jalur Gaza, termasuk dengan rumah sakit ‘asing’ seperti Rumah Sakit Indonesia yang terdapat di Gaza utara.
Sesuai dengan hukum internasional yang mengikat dan berlaku, rumah sakit termasuk area yang terlarang untuk diserang saat terjadinya perang di belahan dunia manapun.
Baca Juga: Didukung AS, Ini Bagaimana Penjajah Israel Tumbuh Menjadi Anak Manja di Dunia
Sejak dimulainya perang di tanggal 7 Oktober 2023 lalu, 16 rumah sakit dari total 35 rumah sakit yang ada di Palestina dengan kapasitas rawat inap telah berhenti beroperasi.
Selain itu, lebih dari 75% fasilitas perawatan primer di Gaza telah ditutup karena kerusakan yang disebabkan serangan Israel atau juga kekurangan bahan bakar.
Di sisi lain, Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, menyerukan intervensi internasional untuk mengakhiri konflik di Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
“Yang Palestina butuhkan adalah mengakhiri konflik Israel-Palestina dan mewujudkan serta menerapkan solusi 2 negara,” katanya. (*/Mey)