Internasional, gemasulawesi – PM Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengecualikan kemungkinan adanya Otoritas Palestina untuk memerintah Gaza setelah perang.
Benjamin Netanyahu menyatakan tidak hanya akan tidak akan ada lagi Otoritas Palestina, yang mengacu pada pemerintahan Presiden Mahmoud Abbas di Ramalla, setelah perang, tidak akan ada Otoritas Palestina di Gaza sama sekali.
Hal tersebut diketahui dikatakan PM Israel Benjamin Netanyahu kepada anggota Knesset.
Menurut laporan, perkataan Netanyahu itu juga telah disampaikan kepada pejabat senior Amerika Serikat.
Komentar Benjamin Netanyahu tersebut tampaknya merupakan tanggapan terhadap pernyataan Presiden AS, Joe Biden, di bulan November kemarin.
Saat itu, Joe Biden mengatakan jika Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki oleh Israel pada akhirnya harus disatukan kembali di bawah Otoritas Palestina yang baru.
“Otoritas Palestina dalam bentuknya saat ini yang dunia lihat sekarang tidak mampu menerima tanggung jawab atas Gaza,” ujar Netanyahu.
Baca: Agresi Masih Belum Berhenti, Ini Bagaimana Penjajah Israel Mengotomatiskan Pendudukan Palestina
PM Benjamin Netanyahu yang memimpin pemerintahan paling sayap kanan Israel, sebelumnya mengatakan jika militer Israel harus memiliki kendali keamanan penuh dan tanpa batas tanpa gangguan pihak-pihak lain di Gaza.
Namun, kemudian dilaporkan setuju untuk mengizinkan pasukan internasional dikerahkan di wilayah tersebut menyusul tekanan yang diberikan oleh Amerika Serikat.
Hamas telah menguasai Jalur Gaza sejak tahun 2007 lalu setelah menang telah pemilihan legislatif di Jalur Gaza menyusul konflik sengit dengana Fatah yang mendominasi Otoritas Palestina.
Kontrol Otoritas Palestina sekarang terbatas pada sebagian wilayah Tepi Barat yang juga diduduki oleh Israel
Terdapat kekhawatiran dari komunits regional dan komunitas internasional mengenai bagaimana kondisi Jalur Gaza setelah perang tanpa pandang bulu yang dilakukan oleh Israel di wilayah tersebut, yang telah menewaskan lebih dari 16.000 orang rakyat Palestina.
Sebagian besar dari mereka yang meninggal adalah perempuan dan juga anak-anak yang tidak bersalah.
Negara-negara Arab telah menyuarakan kekhawatiran mereka atas bocornya rencana Israel untuk mengusir rakyat Palestina yang berasal dari Gaza dan Tepi Barat ke Mesir dan Yordania.
Di sisi lain, beberapa pejabat Israel secara terbuka menyerukan deportasi keluarga Palestina. (*/Mey)