Deli Serdang, gemasulawesi - Eksekusi lahan di Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Sumatera Utara berakhir ricuh dengan delapan petugas terluka.
Insiden ini melibatkan tiga anggota Satpol PP dan lima petugas Pemadam Kebakaran yang mengalami cedera akibat lemparan batu dan serangan dari warga di Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang tersebut.
Kericuhan di Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang ini juga menyebabkan sebuah mobil pemadam kebakaran dibakar oleh massa.
Kabid Penegakan Peraturan Daerah Satpol PP Deli Serdang, M Awal Kurniawan, menyatakan bahwa kericuhan ini disebabkan oleh miskomunikasi antara warga dan petugas.
Warga mengira eksekusi tersebut bertujuan menggusur rumah-rumah tempat tinggal mereka, padahal yang akan digusur hanyalah pagar dan gudang.
"Ada tiga laporan korban yang terkena lemparan batu. Dua orang diantaranya dibawa ke klinik untuk mendapatkan perawatan," ujar Awal Kurniawan.
Ia menambahkan bahwa warga membakar ban bekas, dan ketika petugas pemadam kebakaran datang untuk memadamkannya, mereka justru diserang oleh warga, yang akhirnya menyebabkan situasi menjadi tidak terkendali.
Donny Reinhard, Kasi Pengendalian Operasi dan Komunikasi Pemadaman Deli Serdang, memberikan keterangan lebih lanjut mengenai kronologi kejadian.
Menurutnya, ketika petugas tiba di lokasi, mereka mendapati massa sudah berkumpul dan membakar ban.
Saat petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api, mereka diserang dengan lemparan batu dan bom molotov.
"Ketika kami masuk, sudah ada lempar-lemparan. Kaca mobil pecah duluan, kemudian massa maju sambil melempar bom molotov," jelas Donny.
Donny juga menyebutkan bahwa selain mobil pemadam yang dibakar, sejumlah petugas pemadam mengalami luka lecet akibat serpihan kaca dan lemparan batu.
"Operator kami yang berada di dalam mobil terkena lemparan batu dan serpihan kaca. Meskipun lukanya tidak fatal, ada beberapa luka kecil," tambahnya.
Donny menambahkan bahwa lima orang petugas pemadam yang turun untuk memadamkan api semuanya mengalami cedera, meskipun tidak serius.
Kericuhan ini mencerminkan ketegangan yang sering terjadi dalam eksekusi lahan di daerah padat penduduk, di mana komunikasi yang buruk dapat memicu kekerasan.
Kapolsek Tembung, Kompol Jhonson, yang dihubungi terkait peristiwa ini belum memberikan tanggapan resmi.
Insiden ini menambah daftar panjang kericuhan yang terjadi dalam penertiban lahan di Indonesia, menunjukkan betapa sensitifnya masalah lahan bagi banyak masyarakat.
Petugas di lapangan harus selalu siap menghadapi potensi konflik dan pentingnya persiapan serta koordinasi yang baik untuk menghindari kericuhan semacam ini di masa depan. (*/Shofia)