Maluku Utara, gemasulawesi - Sebuah momen yang mencengangkan terjadi di kawasan pekerja pertambangan, yang berada di belakang Desa Waijoi, Kecamatan Wasile Selatan, Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara.
Ketegangan terjadi ketika tiga anggota Suku Togutil, suku pedalaman yang hidup secara tradisional, datang ke kawasan pertambangan di Halmahera Timur.
Penjaga suku Togutil bersama kedua putrinya itu pun menghampiri para pekerja proyek dari PT Weda Bay Nickel.
Warga suku Togutil itu pun disambut dengan ramah serta diberi makan oleh para pekerja proyek.
Kedatangan Suku Togutil di lokasi pertambangan diduga sebagai reaksi terhadap rusaknya hutan tempat mereka tinggal dan bergantung hidup.
Dimana hutan sebagai tempat mereka tinggal kini menjadi gundul usai dibabat untuk area pertambangan nikel dan camp untuk para pekerja yang ada di sana.
Suku Togutil dikenal sebagai suku primitif yang hidup erat dengan alam dan terisolasi dari dunia modern.
Mereka bermukim di kawasan hutan Halmahera Timur dan sangat bergantung pada sumber daya alam yang ada di sekitar mereka.
Baca Juga:
Libur Panjang Hari Raya Waisak, KCIC Sebut Jumlah Penumpang Tertinggi Mencapai 21267 Orang
Namun, akhir-akhir ini, hutan tempat mereka tinggal dan mencari kehidupan mulai dibabat habis oleh perusahaan-perusahaan tambang.
Kehadiran mereka di kawasan pertambangan bukanlah atas keinginan mereka sendiri, melainkan karena terpaksa.
Mereka menghadapi ancaman serius terhadap keberlangsungan hidup mereka karena hilangnya habitat alami dan sumber daya yang menjadi penopang utama kehidupan sehari-hari.
Hutan bukan hanya tempat tinggal bagi Suku Togutil, tetapi juga sumber pangan, obat-obatan, dan kebutuhan hidup lainnya.
Kedatangan suku ini menjadi simbol dari dampak buruk eksploitasi sumber daya alam terhadap masyarakat adat yang hidup secara tradisional.
Mereka harus meninggalkan kehidupan mereka yang harmonis dengan alam karena pembabatan hutan yang tidak bertanggung jawab.
Kehadiran mereka di kawasan pertambangan juga menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan pelestarian lingkungan dan keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam.
Momen ini juga menginspirasi untuk refleksi dan tindakan lebih lanjut dalam menjaga kelestarian hutan dan menghormati hak-hak masyarakat adat.
Perlu adanya upaya bersama dari pemerintah, perusahaan, dan masyarakat luas untuk menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat.
Keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan pelestarian lingkungan serta keberlangsungan budaya-budaya tradisional harus menjadi fokus dalam menghadapi tantangan ini.
Vidoe kedatangan 3 orang Suku Togutil menjadi viral usai diunggah di berbagai platform media sosial, salah satunya Instagram @fakta.indo hingga menimbulkan beragam komentar warganet.
"Kasian ya, gak binatangnya, gak penduduk aslinya disitu. Bener-bener terusik banget cuma karena ego," tulis @tha***.
Tak sedikit yang menyoroti soal semakin banyaknya hutan yang kini dirubah jadi area pertambangan.
"Suka gak suka, mau gak mau, mereka akan kaget dengan lingkungan sekitarnya dimana hutannya telah berganti menjadi pertambangan," tulis @fry***. (*/Shofia)