Nasional, gemasulawesi - Sejumlah jemaah haji Indonesia tahun 2024 dilaporkan mengalami gejala demensia, sebuah kondisi penurunan kemampuan berpikir dan ingatan yang umum terjadi pada lansia.
Tim Media Center Haji (MCH) kerap menemukan jemaah haji yang kebingungan, lupa nama sendiri, lupa keluarga, hingga tidak tahu arah jalan pulang ke tempat penginapan mereka.
Temuan ini menyoroti tantangan khusus yang dihadapi oleh jemaah haji lansia, terutama mengingat jumlah mereka yang mencapai sekitar 45 ribu orang pada musim haji tahun ini.
Demensia merupakan kondisi medis yang biasanya menyerang individu berusia 65 tahun ke atas, ditandai dengan penurunan fungsi kognitif yang signifikan.
Kepala Seksi Layanan Lansia, Disabilitas, dan PKP3JH, dokter Leksmana Arry Chandra, mengonfirmasi bahwa ada beberapa jemaah lansia yang mengalami gejala demensia saat melaksanakan ibadah haji.
Beberapa dari mereka tidak hanya melupakan nama dan keluarga, tetapi juga merasa seolah-olah masih berada di kampung halaman mereka.
Mengelola jemaah lansia yang mengalami demensia menjadi tantangan tersendiri bagi petugas haji.
Kondisi fisik dan mental jemaah yang sudah lanjut usia memerlukan perhatian khusus untuk memastikan keamanan dan kenyamanan mereka selama menunaikan ibadah.
Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengelola jemaah lansia dengan demensia:
Pendampingan Khusus:
Memberikan pendampingan khusus kepada jemaah lansia yang teridentifikasi memiliki risiko demensia.
Pendampingan ini bisa dilakukan oleh petugas haji yang telah mendapatkan pelatihan khusus dalam menangani lansia dengan kondisi medis tertentu.
Pelatihan dan Edukasi:
Memberikan pelatihan dan edukasi kepada petugas haji tentang gejala dan penanganan demensia.
Pengetahuan ini akan membantu petugas dalam mengenali dan merespons gejala demensia dengan lebih efektif.
Penggunaan Identitas Tambahan:
Menggunakan identitas tambahan seperti gelang atau kartu identitas yang memuat informasi penting tentang jemaah, termasuk nama, alamat penginapan, dan nomor kontak darurat. Hal ini memudahkan petugas dalam mengidentifikasi dan mengembalikan jemaah yang tersesat.
Peningkatan Kesadaran Keluarga:
Mengedukasi keluarga jemaah lansia mengenai kondisi demensia dan pentingnya melaporkan riwayat kesehatan jemaah kepada petugas haji. Keluarga juga bisa membantu dengan memastikan jemaah selalu bersama kelompoknya dan tidak berjalan sendirian.
Fasilitas Medis dan Psikologis:
Menyediakan fasilitas medis dan psikologis yang memadai di lokasi-lokasi penting, seperti penginapan dan tempat ibadah. Fasilitas ini harus siap memberikan pertolongan pertama dan dukungan mental kepada jemaah lansia.
Kasus seperti ini pun sedang menjadi perbincangan hangat di media sosial, terlebih setelah diunggah di berbagai plaform, salah satunya Instagram @kabar_trenggalek.
“Udah sering kejadian itu, Min. CJH yang ‘tidak layak’ baik secara fisik atau psikis sering kecolongan emang di pemeriksaan kesehatan tahap 1 dan 2 di kabupaten/kota, terlanjur udah terbooking tiket oleh kemenag, terlanjur buat acara pula di kampung halaman. Bahkan beberapa ada yang skip pemeriksaan kesehatan 1 dan 2 karena dapat nomor porsi dadakan beberapa Minggu sebelum keberangkatan,” tulis akun @nau***.
Kasus gejala demensia di kalangan jemaah haji lansia Indonesia menunjukkan pentingnya perhatian khusus dan penanganan yang tepat selama pelaksanaan ibadah haji.
Dengan langkah-langkah yang tepat, termasuk pendampingan, edukasi, dan fasilitas medis, diharapkan jemaah lansia dapat menunaikan ibadah dengan lebih aman dan nyaman. (*/Shofia)