Trenggalek, gemasulawesi - Kisah inspiratif datang dari Mufid Asnawi, warga Desa Kedunglurah, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek.
Mufid Asnawi, seorang tukang pentol ojek berusia 62 tahun, bersama istrinya Siti Aisyah yang berusia 58 tahun, tengah bersiap mewujudkan impian lama mereka untuk menunaikan ibadah haji pada bulan Juni mendatang.
Perjalanan Mufid Asnawi bersama sang istri menuju tanah suci bukanlah perjalanan yang mudah, tetapi penuh dengan ketekunan, doa, dan tekad kuat.
Mufid memulai usaha jualan pentol 23 tahun yang lalu dengan modal kecil.
Berjualan keliling menggunakan sepeda pancal, Mufid menghadapi banyak tantangan di awal usahanya.
Setiap hari, ia berkeliling desa menawarkan dagangannya kepada para penduduk.
Dengan semangat yang tak pernah padam, Mufid terus berusaha meskipun pendapatannya tidak selalu mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Sementara itu, Siti Aisyah setia mendampingi suaminya, membantu menjalankan usaha kecil mereka dengan penuh dedikasi.
Seiring berjalannya waktu, usaha pentol Mufid mulai menunjukkan perkembangan.
Dari yang awalnya hanya berjualan keliling, Mufid akhirnya mampu memiliki tempat jualan permanen di depan kantor desa.
Keberadaan tempat tetap ini tidak hanya mempermudah Mufid dalam berjualan, tetapi juga menarik lebih banyak pelanggan, sehingga pendapatannya pun meningkat.
Namun, perjalanan mereka untuk menunaikan ibadah haji tidaklah mulus.
Selama bertahun-tahun, Mufid dan Siti Aisyah harus menghadapi berbagai rintangan.
Terkadang, kebutuhan mendesak memaksa mereka menggunakan tabungan yang sudah disisihkan untuk biaya haji.
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia juga menjadi hambatan besar, menunda keberangkatan mereka selama dua tahun. Meski begitu, mereka tidak pernah sekalipun kehilangan harapan dalam hidupnya.
Selama pandemi, Mufid dan keluarganya terus berjuang. Mereka tetap menabung sedikit demi sedikit dari hasil usaha pentol.
Setiap sen yang disisihkan membawa mereka selangkah lebih dekat menuju impian mereka.
Dukungan dari keluarga dan doa yang tiada henti menjadi kekuatan utama mereka. Akhirnya, setelah 23 tahun penuh liku, Mufid dan Siti Aisyah siap memenuhi panggilan Allah ke tanah suci.
Kisah Mufid dan Siti Aisyah adalah bukti nyata bahwa ketekunan dan tekad kuat bisa membawa seseorang meraih mimpinya, betapapun sulitnya jalan yang harus dilalui.
Dari seorang tukang pentol ojek dengan modal kecil hingga mampu menunaikan ibadah haji, perjalanan hidup mereka mengajarkan kita tentang arti penting dari kerja keras, pengorbanan, dan keyakinan.
Mufid dan Siti Aisyah bukan hanya memenuhi impian pribadi mereka, tetapi juga memberikan inspirasi bagi banyak orang.
Bahwa dengan usaha yang gigih, doa yang tulus, dan keyakinan yang kuat, tidak ada impian yang terlalu besar untuk diraih.
Mereka membuktikan bahwa asal ada kemauan, jalan pasti akan terbuka.
Semoga perjalanan haji mereka lancar dan penuh berkah, menjadi puncak dari segala usaha dan doa mereka selama ini. (*/Shofia)