Internasional, gemasulawesi – Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan kantor statistik Palestina merilis data terbaru mereka baru-baru ini yang menyatakan jika hampir 66% pekerjaan telah hilang di Jalur Gaza sejak perang dimulai tanggal 7 Oktober 2023 lalu.
Data yang sama menyebutkan jika pekerjaan warga Palestina berkurang dua pertiganya di Jalur Gaza dari biasanya, yang menjadi sasaran utama perang.
Ini berarti setara dengan 192.000 pekerjaan sejak agresi Israel dimulai.
Selain itu, berdasarkan data tersebut, dampak limpahan perang terhadap perekonomian wilayah Tepi Barat yang diduduki juga signifikan.
Di Tepi Barat, terdapat pengurangan sepertiga lapangan kerja yang tersedia yang setara dengan 276.000 lapangan kerja.
Fakta lain adalah hilangnya pasar kerja di Jalur Gaza dilaporkan memperburuk kondisi yang telah mengerikan yang terjadi di wilayah yang diblokade yang bahkan sebelum konflik ini terjadi.
Laporan yang sama menyampaikan warga Palestina di Jalur Gaza telah lama bergulat dengan tingginya tingkat kemiskinan, kerentanan dan juga menjadi salah satu tempat dengan tingkat pengangguran yang paling tinggi di dunia.
Presiden Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS), Ola Awad, menuturkan krisis karena perang ini telah menyebabkan apa yang dinamakan distorsi besar dalam struktur ekonomi Palestina.
“Tingkat pengangguran di Jalur Gaza kini setelah perang telah melebihi lebih dari tiga perempat angkatan kerja yang ada jik dihitung dan ini jika dihitung sekitar sepertiga angkatan kerja di Tepi Barat merupakan pengangguran,” katanya.
Awad menegaskan jika ini mencapai tingkat pengangguran tertinggi dalam beberapa dekade.
PCBS memaparkan bahwa ini adalah bencana kemanusiaan dalam skala besar yang telah mendatangkan malapetaka pada pasar tenaga kerja akan mengakibatkan kesulitan seumur hidup bagi penduduk Palestina.
Selain itu, juga menyebabkan ketergantungan sepenuhnya pada bantuan dari komunitas internasional.
Wakil Direktur Regional ILO, Peter Rademaker, mengatakan bahwa warga Palestina di Jalur Gaza akan berada dalam kemiskinan selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun mendatang karena perang ini.
Rademaker menyampaikan pasar tenaga kerja telah sangat membuat rakyat Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza di Palestina bahkan sebelum perang ini dimulai.
“Tidak ada seorang pun yang akan memberikan uang kepada mereka secara gratis atau cuma-cuma begitu saja di dunia ini dan para pengungsi itu akan semakin bergantung pada bantuan internasional,” jelasnya. (*/Mey)