Internasional, gemasulawesi – Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi kemerosotan yang konsisten dalam kebebasan akademis mengenai topik Israel atau Palestina di Inggris dan juga di negara-negara Barat lainnya.
Pusat Dukungan Hukum Eropa atau ESLC merilis laporan di bulan September lalu yang merinci dampak buruk penerapan Definisi Antisemitisme IHRA dan menemukan hal tersebut mengakibatkan ‘pembatalan peristiwa’ di Palestina dan Israel.
Serangan terbaru Israel pada Palestina di tanggal 7 Oktober 2023 lalu hanya memperburuk situasi ini.
Tanda pertama dari eskalasi ini adalah ketika para siswa di Sekolah Studi Oriental dan Afrika (SOAS) diskors menyusul unjuk rasa solidaritas terhadap Palestina di tanggal 9 Oktober 2023 lalu.
Menskors mahasiswa karena aktivitas politik atau bahkan untuk hal apapun diketahui sangat jarang terjadi di universitas-universitas Inggris.
Namun, saat itu, manajemen SOAS mengklaim bahwa para siswa tersebut diskors bukan karena pandangan mereka, tetapi karena protokol acara dan lembaga tidak dipatuhi.
Pembelajaran yang didapat dari kasus ini adalah bahwa upaya untuk menekan solidaritas Palestina melalui tuduhan antisemitisme tidak akan berhasil jika dilakukan di tempat dimana para profesional yang tidak memihak dengan bijaksana memeriksa fakta-faktanya.
Laporan lain menyatakan jika pemerintah Israel sendiri terlibat dalam mendukung kampanye ini dibahas secara terbuka di pers Israel.
Alasan utama kenapa Israel dan pendukungnya begitu peduli dalam menekan solidaritas Palestina di universitas-universitas Barat adalah karena Israel sangat bergantung pada dukungan Amerika Serikat untuk mempertahankan sistem apartheid dan penindasannya.
Dan fungsi utama dari universitas adalah untuk mereproduksi kelas penguasa.
Aspek lain yang patut diwaspadai adalah ketakutan bahwa dukungan kaum muda Yahudi terhadap Israel akan melemah.
Namun, tentu saja rakyat Palestinalah yang menanggung dampak yang paling parah.
Baca Juga: Agresi Masih Belum Berhenti, Ini Bagaimana Penjajah Israel Mengotomatiskan Pendudukan Palestina
“Bagi kita yang hidup dalam kondisi relatif aman dan ingin bertindak dalam solidaritas, melakukan mobilisasi untuk melawan kampanya penindasan di lembaga-lembaga pendidikan kita adalah sebuah langkah kecil namun penting,” kata salah satu pakar yang tidak disebutkan namanya. (*/Mey)