Ekonomi, gemasulawesi – Menurut data BPS, inflasi yang terjadi di bulan Februari 2024, diketahui secara bulanan atau month to month naik sebesar 0,37%.
BPS menyatakan jika terjadi juga peningkatan indeks harga konsumen atau IHK dari 105,19 di bulan sebelumnya menjadi sekitar 105,59 di bulan Februari 2024.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah, dalam konferensi pers pengumuman inflasi bulan Februari 2024 hari ini, tanggal 1 Maret 2024, mengatakan jika tingkat inflasi ini lebih tinggi dari bulan Januari 2024 sekitar 0,04%.
Baca Juga:
Jelang Bulan Ramadhan 2024, Bapanas Sebut Stok Beras Dipastikan Aman
“Dan juga lebih tinggi dari bulan yang sama di tahun 2023 sekitar 0,16%,” ujarnya.
M Habibullah menerangkan jika secara year on year atau yoy, inflasi yang terjadi sebesar 2,75%.
“Untuk inflasi tahun kalender 2024 sekitar 0,41%,” katanya.
Dia menambahkan jika makanan, minuman dan tembakau merupakan kelompok pengeluaran yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi.
“Untuk inflasinya 1,00% dengan andil inflasi yang mencapai 0,29%,” ucapnya.
Lebih lanjut, Habibullah menjelaskan jika komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi ini adalah beras dengan andil inflasi sehingga 0,21%.
“Untuk tempat kedua adalah cabai merah dengan andil 0,09% dan kemudian telur ayam ras mentah dengan andil 0,04% dan daging ayam ras untuk sekitar 0,02%,” terangnya.
Habibullah menyatakan jika komoditas lainnya yang juga memberikan andil untuk inflasi month to month atau mtm adalah kentang, sigaret kretek mesin atau SKM dan juga minyak goreng.
“Lalu mobil, nasi dengan lauk, tarif angkutan udara dan juga emas perhiasan,” jelasnya.
Dia melanjutkan jika komoditas lainnya yang memberikan andil untuk deflasi month to month adalah cabai rawit, tomat, bawang merah dan juga ikan segar.
BPS menyampaikan jika secara spasial, dari 38 provinsi yang ada di Indonesia, sekitar 26 provinsi mengalami inflasi dan 12 provinsi lainnya mengalami hal yang sebaliknya atau deflasi.
“Untuk inflasi yang paling tinggi ada di Provinsi Sumatera Barat, yakni sekitar 1,17%, dan deflasi yang terdalam di Provinsi Maluku yang sebesar 1,19%,” paparnya. (*/Mey)