Ekonomi, gemasulawesi – Dalam keterangannya, Ikappi atau Ikatan Pedagang Pasar Indonesia menyatakan jika omzet pedagang pasar menurun hingga 50% akibat penurunan daya beli masyarakat.
Disebutkan Ikappi, penurunan daya beli masyarakat tersebut dikarenakan harga beras yang melonjak hingga Rp 18.000,00 per kilogram sejak beberapa waktu belakangan.
Reynaldi Sarijowan, yang merupakan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Ikappi, mengungkapkan jika tren kenaikan beras yang telah dimulai sejak bulan Oktober 2023 lalu memberikan dampak kepada kinerja penjualan para pedagang beras di pasar.
Menurutnya, meskipun kenaikan harga beras setiap minggu hanya sekitar Rp 100,00-Rp 200,00, pedagang tetap mengalami persoalan.
“Terutama yang berkaitan dengan volume penjualan yang berkurang,” katanya.
Reynaldi menambahkan jika memasuki bulan Januari tahun 2024, omzet mengalami penurunan drastis dengan volume penjualan yang dikurangi.
“Pihak kami mencatat itu mencapai sekitar 50%,” ujarnya.
Abdullah Mansuri, yang adalah Ketua Umum DPP Ikappi, menyatakan jika kenaikan harga yang tinggi akan secara otomatis menurunkan daya beli dari masyarakat.
“Itu tentunya akan berdampak pada penurunan omset pedagang,” ucapnya.
Abdullah memaparkan jika penurunan omzet tersebut berkaitan dengan banyak faktor, seperti harga yang tinggi dan juga para pedagang yang mengalami kesulitan menjual, serta daya beli masyarakat yang menurun setelah harga beras naik.
“Masyarakat yang biasa membeli beras premium juga sekarang membeli beras medium,” paparnya.
Lebih lanjut, Abdullah menuturkan bahkan ada juga masyarakat yang membeli beras oplosan yang merupakan beras campuran dari beras premium dan beras medium.
Baca Juga:
Pacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemkab Buol Tingkatkan Produksi Jagung
“Beberapa konsumen juga mengeluh kualitas beras sekarang, dimana beras dengan harga paling rendah di kisaran Rp 12.000,000 dilaporkan mempunyai kualitas yang juga rendah,” terangnya.
Sementara itu, sebelumnya, Ikappi juga sempat mengungkapkan jika harga beras premium yang sempat mencapai Rp 18.000,00 per kilogramnya dinilai menjadi harga beras paling tinggi sepanjang sejarah.
Abdullah membeberkan jika pemicu harga beras melambung adalah stok dan juga pasokan yang tidak banyak. (*/Mey)