Nasional, gemasulawesi – Menurut laporan, PBNU dan PP Muhammadiyah menghimbau masyarakat untuk saling menghormati jika terhadap potensi perbedaan awal Ramadhan.
Diketahui jika himbauan tersebut disampaikan oleh PBNU dan juga PP Muhammadiyah pada seluruh umat Muslim yang ada di Indonesia.
Sebelumnya, potensi perbedaan awal Ramadhan tersebut terungkap dalam rilis laporan prediksi ketinggian hilal yang disampaikan oleh BMKG.
Baca Juga:
Apresiasi Kiprah GMKI Selama 74 Tahun, Menpora Sebut Pemuda Harus Mampu Jadi Agen Perubahan
“Ada kemungkinan jika awal Ramadhan untuk tahun 2024 akan berbeda,” bunyi laporan tersebut.
Dilaporkan jika laporan BMKG tersebut adalah hasil kajian BMKG yang memiliki tajuk ‘Informasi Prakiraan Hilal saat Matahari Terbenam pada Tanggal 10 dan 11 Maret 2024 Awal Bulan Ramadhan 1445 H’.
Laporan tersebut dikabarkan diupload dalam website resmi milik BMKG.
BMKG juga menyertakan sejumlah informasi lain dalam laporan tersebut, seperti yang berkaitan dengan waktu konjungsi atau ijtima’ dan waktu terbenam matahari.
Termasuk juga dengan peta ketinggian hilal, objek astronomis lainnya yang memiliki potensi mengacaukan rukyat hilal dan juga data hilal saat matahari terbenam untuk kota-kota yang ada di seluruh Indonesia.
Dalam laporan tersebut, BMKG menyatakan jika di tanggal 10 Maret 2024, waktu terbenam matahari paling awal, yakni pukul 17.51 WIT di Waris, Papua, sedangkan untuk waktu matahari terbenam paling akhir di Banda Aceh, Aceh, pada pukul 18.50 WIB.
Baca Juga:
Perjuangkan Palestina di Berbagai Forum Internasional, MUI Apresiasi Langkah Menlu Retno Marsudi
Dalam keterangannya, Ketua PBNU, Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur memberikan himbauan untuk saling menghormati.
“Kita juga tetap menghormati pilihan beberapa orang yang memiliki keinginan untuk berbeda, dengan memakai metode hisab sendiri,” ujarnya.
Himbauan lain yang disampaikan Gus Fahrur adalah masyarakat diminta untuk mengikuti keputusan pemerintah dalam penetapan awal Ramadhan, yakni melalui keputusan sidang istbat yang akan dilakukan Kementerian Agama dan juga perwakilan sejumlah ormas Islam di Indonesia.
Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad, juga menyampaikan himbauan yang serupa.
Dia meyakini jika masyarakat tidak akan mempermasalahkan jika nantinya penetapan awal Ramadhan akan berbeda untuk tahun 2024. (*/Mey)