Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, pasukan penjajah Israel melakukan serangan terhadap gedung berlantai 5 yang berada di dekat RS Nasser, Jalur Gaza.
Dilaporkan jika serangan tersebut telah menyebabkan 7 warga Palestina meninggal dan yang terluka telah dipindahkan ke RS Nasser untuk mendapatkan perawatan.
Dikabarkan jika penggerebekan tersebut, yang terjadi di tanggal 3 Juli 2024, waktu Palestina, telah menyebarkan kepanikan di kalangan warga Palestina yang telah pindah ke daerah itu untuk mengungsi.
Disebutkan juga bahwa kehancuran yang disebabkan oleh serangan itu berada di luar imajinasi dan telah menyebabkan banyak frustasi di kalangan warga sipil yang berlindung di sekitar rumah sakit dalam tenda-tenda darurat.
Karena serangan itu, bangunan tersebut telah rata dengan tanah dan serangan itu juga mengubah seluruh tempat menjadi puing-puing.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 30 warga Palestina sejauh ini telah tewas kemarin, 3 Juli 2024, waktu Palestina, karena serangan penjajah Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Di sisi lain, tentara cadangan penjajah Israel memberitahu LSM mengapa mereka menolak untuk terus bertempur di Jalur Gaza.
Seorang prajurit cadangan penjajah Israel yang diidentifikasi sebagai Michael dan merupakan seorang perwira pengendali infanteri, mengatakan suasanannya adalah ‘Anda dapat menembak kemana pun Anda mau’.
“Anda harus mendapatkan izin, namun, izin pasti ada,” katanya.
Dia menambahkan jika itu hanyalah urusan birokrasi.
Dia juga mengakui dirinya dapat menghitung dengan 1 tangan berapa kali diberitahu jika ‘Anda tidak boleh menembak disana’.
Disebutkan jika Michael merupakan salah satu dari 42 prajurit cadangan penjajah Israel yang menandatangani penolakan untuk melanjutkan tugas di Gaza.
Hal tersebut disampaikan oleh Breaking the Silence, yang merupakan sebuah organisasi veteran perang penjajah Israel yang memberikan sarana untuk personel dan prajurit cadangan penjajah Israel yang masih bertugas dan yang diberhentikan untuk menceritakan secara rahasia pengalaman mereka di wilayah Palestina. (*/Mey)