Internasional, gemasulawesi – Sebuah studi yang diterbitkan baru-baru-baru ini menyatakan bahwa dengan perang di Jalur Gaza yang kini telah memasuki bulan keempat, kekhawatiran mengenai dampak lingkungan, terutama emisi karbon meningkat.
Studi tersebut juga mengungkapkan jika untuk perkiraan emisi dari 2 bulan pertama perang Palestina lebih besar daripda emisi tahunan di 20 negara dan juga wilayah.
Sementara itu, menurut data yang ada, untuk 2 bulan pertama perang Palestina, total emisi dari perang tersebut berjumlah 281.315 ton karbon dioksida.
Disebutkan jika hal ini mencakup gabungan emisi bom, roket dan artileri, serta pengiriman amunisi yang dikirimkan dengan jet kargo.
Studi tersebut juga memaparkan jika emisi gas rumah kaca dari 60 hari pertama perang diperkirakan setara dengan 75 pembangkit tenaga listrik tenaga batu bara yang beroperasi selama setahun.
Menurut penelitian yang sama, rekonstruksi Jalur Gaza setelah perang selesai akan muncul nantinya sebagai sumber emisi yang signifikan di masa mendatang.
Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa membangun kembali Jalur Gaza pasca perang akan menghasilkan total angka emisi tahunan yang lebih tinggi dibandingkan dengan 130 negara yang ada di seluruh dunia.
Lennard de Klerk yang merupakan penulis utama dari Initiative on GHG Accounting of War yang adalah sekelompok ahli yang mempelajari dampak iklim dari perang Ukraina, mengatakan jika perang Palestina memberikan dampak yang buruk untuk perubahan iklim di seluruh dunia.
“Perang juga menyebabkan kehancuran besar pada banyak bangunan yang ada di Jalur Gaza yang kesemuanya harus dibangun kembali,” jelasnya.
Dia menerangkan jika melihat lebih dekat lagi ke Gaza, dia memperkirakan jika dampak paling besarnya adalah rekonstruksi di masa mendatang untuk membangun kembali apa yang telah dihancurkan.
“Pembangunan kembali Gaza berarti adalah semen dan baja dalam jumlah yang besar, dimana keduanya merupakan 2 bahan bangunan yang produksinya sangat intensif karbon,” ujarnya.
Jika membandingkannya dengan Ukraina, menurutnya terdapat persamaan ataupun perbedaan antara kedua konflik tersebut.
“Untuk perang Ukraina, pada dasarnya merupakan perang darat, sedangkan emisi perang Gaza akan terkait dengan pesawat terbang,” terangnya. (*/Mey)