Internasional, gemasulawesi – WHO dan PBB menyatakan baru-baru ini jika 600 pasien dan staf medis diusir oleh Israel untuk meninggalkan RS Al Aqsa yang terletak di Deir Al-Balah di Gaza.
Menurut WHO, hal itu dilakukan menyusul perintah evakuasi dari Israel.
Perintah evakuasi dari Israel yang dilaporkan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, datang di tengah banyaknya orang yang terluka yang tiba di RS Al Aqsa.
RS Al Aqsa sendiri diketahui merupakan rumah sakit terakhir yang masih beroperasi di Jalur Gaza bagian tengah.
Sean Casey, yang merupakan pejabat WHO yang mengunjungi RS Al Aqsa di hari Minggu lalu, menyebutkan RS Al Aqsa beroperasi dengan 30% staf dibandingkan beberapa hari yang lalu.
“RS Al Aqsa menerima ratusan korban yang datang setiap hairnya ke UGD yang kecil,” katanya.
Selain itu, beberapa LSM internasional yang beroperasi di RS Al Aqsa, termasuk dengan Doctors Without Borders (MSF), International Rescue Committee (IRC) dan Medical Aid for Palestines (MAP) juga dilaporkan terpaksa meninggalkan rumah sakit.
Pimpinan Klinis Tim Darurat MAP, Nick Maynard, menyampaikan kepada awak media yang ditemuinya jika militer Israel memberitahunya akan ada peningkatan serangan di sekitar rumah sakit.
“Dan itu akan menjadi tidak aman untuk kami untuk pergi kesana,” jelasnya.
Maynard mengakui mereka sangat mengkhawatirkan keselamatan dan nyawa dari teman dan kolega mereka yang hingga kini masih berada di RS Al Aqsa.
Sebelumnya, di hari-hari sebelum penggusuran, RS Al Aqsa telah berjuang untuk mengatasi gelombang orang-orang yang terluka yang tidak hentinya datang.
Selain itu, RS Al Aqsa juga harus berjuang untuk mengatasi berkurangnya kapasitas karena kekurangan staf.
Baca Juga:
Ratusan Orang Belum Ditemukan, Salju Disebutkan Hambat Penyelamatan Korban Gempa di Jepang
“Beberapa pasien sekarat di UGD yang dapat diselamatakan jika ada cukup staf untuk menjalankan ruang operasi hingga kapasitas penuh,” tandasnya.
Sebelumnya, tentara Israel telah melakukan pengusiran paksa sekitar 1 juta rakyat Palestina ke wilayah Gaza selatan dan tengah yang kini menjadi fokus operasi dari Israel. (*/Mey)