Internasional, gemasulawesi – Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, jalan-jalan yang ada di kota tua Betlehem terlihat sepi jika dibandingkan dengan biasanya saat perayaan Natal karena Gaza.
Di Betlehem, pada Natal tahun ini, toko suvenir tetap tutup dengan beberapa pengecualian.
Para peziarah yang biasa tampak di Betlehem yang akan berdoa dengan berbagai bahasa, kini tidak terlihat lagi.
Baca Juga: Sejak Perang Dimulai, Penjajah Israel Dilaporkan Telah Menangkap Hampir 4700 Orang di Tepi Barat
Meskipun begitu, suasana Natal tetap hadir.
Pengunjung Nativity Basilica merupakan warga Kristen Palestina setempat yang diketahui berasal dari Tepi Barat, Yerusalem dan juga Galilea.
Namun, sebagian besar berasal dari Betlehem sendiri.
Baca Juga: Definisikan Ulang Natal di Tengah Perang, Umat Kristen Palestina Sebut Yesus Lahir di Reruntuhan
Dilaporkan meski mereka semua berbicara dengan menggunakan bahasa Arab, namun, tata beribadah mereka berbeda.
Terdapat mereka yang beragama Ortodoks Yunani, Katolik Yunani dan Katolik Roma dan ada pula yang Protestan.
Natal di Betlehem sendiri menjadi ciri khas dari Betlehem.
Baca Juga: Masih Terus Bombardir, Ahli Sebut Einstein Telah Ramalkan Penjajah Israel 75 Tahun Lalu
Laporan menyebutkan jika musim Natal akan dimulai di awal Desember dengan pohon Natal tradisional tahunan.
Puncak perayaan Natal akan dilakukan di tanggal 25 Desember 2023, namun, di Betlehem sendiri, keragaman tradisi Kristen akan diwujudkan dalam tanggal perayaan yang berbeda untuk komunitas yang juga berbeda.
Untuk umat Kristen Ortodoks, Natal masih dirayakan di tanggal 25 Desember menurut kalender Julian, yang bertepatan dengan tanggal 7 Januari menurut kalender Gregorian.
Baca Juga: Termasuk Korban, Pemantau HAM Sebut Penjajah Israel Eksekusi Puluhan Lansia di Gaza
Selama berabad-abad ini, umat Kristen di Palestina hanya menganut kalender Ortodoks, yakni kalender Julian, meskipun kehadiran umat Katolik telah ada melalui para Bapa Fransiskan sejak tahun 1927.
Di tahun 1847, Paus Pius IX memutuskan untuk mengembalikan patriarkat Latin Yerusalem yang secara simbolis telah ada di Roma sejak perang salib di masa dahulu.
Dengan berbagai sejarahnya, dimanapun umat Kristen Palestina hadir, Natal akan dirayakan 2 kali setahun.
Baca Juga: Hadapi Patah Hati Saat Natal, Umat Kristen Betlehem Ungkap Tidak Rasakan Kegembiraan di Hati Mereka
Keberagaman umat Kristiani di Palestina terlihat jelas di jalan-jalan yang ada di Betlehem kuno.
Di setiap sudut, terdapat tanda yang menunjukkan gereja, biara atau kapel komunitas Kristen yang berbeda.
Jika dilihat secara umum, terdapat 13 gereja Kristen yang berbeda yang berada di Palestina.
Kesemuanya itu termasuk dalam 3 keluarga ritual besar, yakni Ortodoks, Katolik, dan 2 gereja Protestan yang kecil, Anglikan dan juga Lutheran.
Ortodoks menjadi yang tertua dan dengan jumlah yang paling besar yang tersebar di beberapa gereja. (*/Mey)