Internasional, gemasulawesi - Beberapa waktu yang lalu, militer Israel diketahui menembak 3 negaranya sendiri yang menjadi sandera Hamas meskipun ketiganya telah membawa bendera putih.
Dalam sebuah wawancara setelah terungkapnya pasukan Israel bertanggung jawab atas pembunuhan ketiga pria tersebut, Letkol Richard Hecht menegaskan pihaknya mendukung para prajurit Israel dengan segala cara.
Letkol Richard Hecht menambahkan bahwa para prajurit Israel melakukan tindakan di luar batas yang ditentukan.
Baca Juga: Nilai Telah Kecewakan Gaza, Ketua ICRC Sebut Perang Palestina Adalah Kegagalan Moral Dunia
“Saya dapat memberitahu, kita akan memeluk mereka,” tekannya.
Ketiga sandera Hamas tersebut diketahui masing-masing bernama Samer Talaika, Yotam Haim, dan Alon Shamriz.
Israel mengungkapkan jika penyelidikan awal yang dilakukan mereka menunjukkan ketiga pria tersebut bertelanjang dada dan mengibarkan bendera putih sementara di Shuja’iyya.
Shuja’iyya adalah sebuah lingkungan di sebelah timur Kota Gaza yang menjadi tempat ketiga sandera Hamas itu ditembaki karena disangka merupakan rakyat Palestina.
Penyelidikan awal itu juga menemukan para sandera Hamas telah mendekati pasukan Israel sambil meminta bantuan yang mereka ucapkan dalam bahasa Ibrani.
Saat itu, salah seorang tentara Israel berteriak ‘teroris’ kepada teman-temannya yang berada di dekatnya dan akhirnya membuat 2 orang diantara ketiga orang tersebut terbunuh.
Karena hal tersebut, yang ketiga melarikan diri ke gedung terdekat sambil berteriak minta tolong yang juga diucapkan dalam bahasa Ibrani.
Tentara Israel yang berhasil mengejarnya kemudian memintanya untuk keluar dari tempat persembunyiannya, namun, sandera ketiga langsung ditembaki dari jarak dekat setelah sandera tersebut melakukannya.
Mengenai hal ini, hukum internasional diketahui melarang siapapun untuk menembak siapapun yang mengibarkan bendera putih.
Baca Juga: Berjuang Bertahan Hidup, Pasar Gelap Berkembang di Palestina Karena Perang
Untuk insiden kali ini, militer Israel menggambarkannya sebagai kesalahan tragis.
Namun, para kritikus menyebutkan jika ini adalah gejala kekerasan yang lazim terjadi di dalam tubuh militer Israel.
Organisasi-organisasi hak asasi manusia memperingatkan jika tidak adanya dampak atau penyelidikan terhadap insiden-insiden serupa telah mengarah kepada budaya impunitas yang dikhawatirkan meningkat dalam budaya militer Israel. (*/Mey)