Internasional, gemasulawesi – Setelah gencatan senjata yang berlangsung selama 7 hari di Gaza, Israel melakukan agresinya di tanggal 1 Desember 2023 yang menewaskan 700 orang rakyat Palestina hanya dalam waktu 24 jam.
Fase kedua perang Israel ditandai dengan dimulainya invasi darat ke Gaza selatan pada akhir pekan, dengan puluhan tank Israel, bersama dengan pengangkut personel lapis baja dan buldoser memasuki wilayah kantong selatan yang terkepung pada hari Senin ketika operasi diperluas.
Israel juga memberikan instruksi untuk warga Palestina lebih jauh melakukan pengungsian ke selatan.
Kini hampir seluruh populasi berjumlah 2 juta orang terkonsentrasi disana.
Selama fase perang ini, hampir mustahil untuk meminimalisir kematian warga sipil.
Terbatasnya pergerakan warga Palestina di Gaza selatan akan memperburuk penderitaan warga sipil yang telah bergulat dengan kurangnya kebutuhan dasar dan ketidakamanan yang terus-menerus mengenai kemana harus mencari perlindungan.
Pernyataan umum yang terdengar dari warga Palestina di Gaza sejak perang dimulai adalah tidak ada tempat yang aman dan ‘kemana saya harus pergi’.
Salah satu pakar, Ammar Dwaik, menyatakan jika situasi saat ini adalah sebuah bencana besar dan gelombang pengungsian lainnya dapat menimbulkan bencana yang lebih lanjut.
“Ini berpotensi menimbulkan jatuhnya banyak korban di kalangan warga Palestina karena penyakit, kelaparan dan sebab-sebab lainnya,” katanya.
Baca Juga: Kota Kosong dan Menjadi Tidak Layak Huni, Ini Bagaimana Perang Mengubah Wajah Palestina
Di akhir bulan November, PBB menyebutkan jika warga Gaza menghadapi kemungkinan besar kelaparan di tengah ancaman operasi militer Israel di wilayah selatan.
“Selain itu, situasi kesehatan yang buruk di Gaza dapat menyebabkan penyebaran penyakit seperti hepatitis dan dehidrasi,” ujarnya.
Di minggu lalu, WHO menyampaikan lebih banyak orang yang dapat meninggal karena penyakit dibandingkan akibat pemboman Israel.
Baca Juga: Telah Berlangsung Menahun, Seorang Pakar Sebut Rakyat Palestina Miliki Hak Pertahanan yang Sah
Raji Sourani, seorang pengacara Palestina dan juga Direktur Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR) menutukan jika pertempuran di Gaza akan meningkatkan konflik dengan dampak kemanusiaan yang signifikan.
Lebih lanjut, Sourani menerangkan jika rencana Israel adalah membuat nakba baru di Gaza dan kemudian memperluas misinya ke Tepi Barat dan Yerusalem.
“Ini adalah Nakba kedua, tujuan utama mereka,” pungkasnya. (*/Mey)