Sulawesi Utara, gemasulawesi – Populasi anoa hewan endemik Pulau Sulawesi kian menurun. Hal ini tak lepas dari perburuan yang dilakukan secara massive.
Hal ini dismpaikan oleh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara Askari Dg Masikki beberapa waktu lalu. Ia pun menegaskan anoa terancam punah karena populasinya yang menurun.
Askari mengungkapkan, perburuan menyebabkan tekanan terhadap populasi anoa, sehingga dapat mengancam kelestariannya. Berdasar data jumlah hewan tersebut hanya 2.500 ekor yang hidup secara bebas.
“BKSDA sudah melakukan pelestarian, adanya perburan satwa liar mengancam hewan ini. Kita juga telah melakukan intervensi terhadap masalah ini,” katanya.
Baca: Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Utara Tahun 2022 Melebihi Target Nasional
Mengingat anoa merupakan satwa endemik Pulau Sulawesi dan merupakan aset kebanggan khususnya Sulawesi Utara. Merujuk pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
“Bernomor P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018 hewan itu termasuk dalam satwa dilindungi. Tidak hanya dalam peraturan kementerian dalam organisasi perlindungan lingkungan IUCN dan pada perjanjian internasional CITES anoa termasuk dalam satwa yang tak boleh diperjual belikan,” jelasnya.
Askari juga meminta untuk menghentikan perburuan terhadap satwa liar. Dikarenakan beberapa bulan yang lalu ditemukan daging anoa dan babi rusa dijual di sebuah pasar tradisional.
Baca: 4 Agenda Pariwisata Sulawesi Utara Dipromosikan di KEN 2023
Mengingat daging satwa liar yang dijual berasal kebanyakan berasal dari luar Sulawesi Utara. Diantaranya Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, Palu Provinsi Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
“BKSDA berkoordinasi dengan tim terkait menerjunkan tim patroli guna menjaga jalur jalan perbatasan yang masuk wilayah Sulawesi Utara,” terangnya.
Askari menjelaskan, untuk kasus anoa dan babi rusa, dirinya bersikap tegas serta akan memprosesnya secara hukum sebab keduanya masuk dalam daftar satwa liar yang dilindungi.
Baca: Angka Piutang Pajak Sulawesi Utara Tembus Puluhan Miliar
Dia pun meminta terhadap masyarakat, agar tidak mengkomsumsi daging satwa liar. Terlebih lagi daging satwa lia yang dijual tak mempunyai surat keterangan kesehatan hewan.
“Jika mengkomsumsi daging satwa liar akan berpotensi kena penyakit zoonosis. Walaupun hingga kini belum ada laporan terkait penyakit tersebut, namun kita punya potensi tinggi untuk itu,” tutupnya.(*/NRL)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News