Daerah, gemasulawesi - Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Nusa Tenggara Timur (NTT) menyarankan agar pemerintah provinsi setempat mengambil langkah khusus terkait hewan pembawa rabies.
Langkah yang diusulkan berupa penerapan lockdown terhadap hewan penular rabies (HPR) untuk mencegah penyebaran penyakit.
Durasi lockdown yang dianjurkan mencapai enam bulan agar upaya pengendalian rabies lebih efektif.
“Periode enam bulan dianggap sebagai durasi paling efektif untuk mencegah meluasnya rabies di NTT,” ujar Ketua PDHI NTT, Yohanes T. R. M. R. Simarmata.
Baca Juga:
MRT Jakarta Hidupkan Kembali Harmoni dan Kota Tua dengan Konsep Transit Oriented Development
Pernyataan itu disampaikan saat Simarmata bertemu dengan Gubernur NTT, Melki Laka Lena, untuk membahas strategi pengendalian rabies di provinsi tersebut, di Kupang.
Dalam pertemuan dengan gubernur, PDHI NTT memberikan beberapa rekomendasi penting, termasuk memperkuat upaya pemberantasan rabies dan memastikan anggaran kesehatan hewan mencukupi.
“Kami menyambut baik kebijakan lockdown hewan anjing selama dua bulan, mengingat mayoritas kasus rabies di NTT berasal dari gigitan anjing,” kata dia.
Selain itu, PDHI menekankan pentingnya memiliki data akurat terkait kasus rabies dan meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko penyebaran rabies di kawasan wisata, seperti Gua Monyet.
“Kami mengharapkan ketersediaan anggaran untuk kesehatan hewan, sekaligus upaya pencegahan rabies melalui vaksinasi dan sosialisasi,” tambahnya.
Gubernur NTT, Melki Laka Lena, menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen memperkuat edukasi masyarakat dan menyiapkan langkah konkret untuk pengendalian rabies.
Ia menyebut telah mengeluarkan instruksi gubernur agar seluruh kepala daerah mulai menerapkan pengandangan hewan penular rabies (HPR) mulai September mendatang.
Ia mengajak agar seluruh rangkaian kegiatan pencegahan rabies yang dijadwalkan pada September dapat dilakukan secara sinergis bersama Forkopimda dan pihak terkait.
Baca Juga:
Aria Bima Imbau Unjuk Rasa di DPR Tetap Kondusif, Hindari Kekerasan dan Anarki
“Kami berkomitmen mewujudkan NTT bebas rabies melalui langkah nyata, kolaborasi lintas sektor, dan keterlibatan aktif masyarakat,” ujar Gubernur Melki.
Ia menambahkan, sepanjang Januari hingga Agustus 2025, tercatat 20 orang meninggal akibat gigitan anjing rabies. Dari jumlah tersebut, terdapat 16.939 kasus gigitan hewan penular rabies yang tersebar di Kabupaten TTU, Malaka, TTS, Sikka, Nagekeo, Lembata, dan Ngada.
Melki menjelaskan bahwa pengandangan hewan dilakukan untuk mendeteksi apakah ada yang terinfeksi rabies. “Jika ada yang positif, dalam dua bulan akan terlihat hasilnya,” jelas Melki Laka Lena. (*/Zahra)