Sumatera Barat, gemasulawesi - Balai Pelaksana Jalan Nasional Sumbar mencatat bahwa banjir bandang dan longsor membuat 18 titik jalan rusak di kawasan Lembah Anai, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat mengalami kerusakan cukup parah.
Direktur Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah I Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Nyoman Suaryana, menyatakan penanganan darurat sudah dilakukan untuk memastikan lalu lintas di Sumatera Barat tetap bisa berjalan setidaknya di satu lajur.
Namun, situasi ini menimbulkan kerumitan serius dalam akses dan transportasi di wilayah tersebut hingga membuatnya harus tutup total.
Jalan Nasional Lintas Sumatra, terutama di kilometer 64 dekat Taman Wisata Alam Mega Mendung, Kabupaten Tanah Datar, mengalami kerusakan yang signifikan.
Jalan tersebut tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun empat, dan beberapa pejalan kaki mencoba membuat jalur alternatif dengan menaiki tebing.
Nyoman mengungkap jika pihaknya sedang melakukan upaya penanganan dari keadaan darurat hingga permanen.
“Pertama adalah menangani keadaan darurat, kemudian baru beralih ke penanganan permanen. Saat ini, dia menyarankan untuk fokus terlebih dahulu pada penanganan darurat agar lalu lintas bisa tetap lancar, setidaknya satu jalur dapat dilewati,” jelasnya.
Putusnya akses jalan akibat banjir bandang dan tanah longsor ini akan berdampak pada pendistribuan bantuan untuk para korban.
Selain itu, gangguan pada distribusi pasokan komoditas perdagangan juga akan berdampak serius terhadap perekonomian daerah yang terkena dampak.
Sementara itu, data terbaru yang dibagikan BNPB pada Senin, 13 Mei 2024, juga mengindikasikan adanya peningkatan korban terdampak.
Hingga saat ini, jumlah korban akibat bencana tersebut mencapai 50 orang meninggal dunia, 27 orang hilang, 37 orang luka-luka, serta 3.396 jiwa mengungsi.
Rincian korban meninggal dunia di antaranya Kota Padang Panjang 2 orang, Kabupaten Agam 20 orang, Kabupaten Tanah Datar 19 orang, Kota Padang 1 orang, Kabupaten Padang Pariaman 8 orang.
Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN), Thabrani, menekankan bahwa penanganan jalan penghubung antara Kota Padang dan Bukittinggi di Silaiang membutuhkan waktu yang cukup lama.
Mereka masih mencari konsep penanganan yang tepat sebelum memperkirakan estimasi waktu pengerjaannya.
Situasi ini memperlihatkan bahwa selain penanganan langsung terhadap korban dan evakuasi, pemulihan infrastruktur juga menjadi fokus penting dalam penanganan bencana ini. (*/Shofia)