Nasional, gemasulawesi – Mengenai harga beras yang tinggi, Aprindo atau Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia mengatakan jika peritel terpaksa menjualnya dikarenakan produsen yang menaikkan harga beli hingga 20-35%.
Aprindo menyebutkan jik bukan hanya harga beras saja yang naik, namun, komoditas pokok yang lain seperti gula dan minyak goreng juga dilaporkan dijual di atas HET atau harga eceran tertinggi.
Ketua Umum Aprindo, Roy N Mandey, menyatakan jika produsen telah menaikkan harga sejak sepekan terakhir ini.
Baca Juga:
Masa Tenang, Sejumlah Titik di Jakarta Dilaporkan Masih Terlihat Alat Peraga Kampanye
“Ini yang memicu peritel memutuskan untuk menaikkan harga jualnya,” katanya.
Roy menegaskan jika kini pihaknya tidak memiliki pilihan dan juga harus membelinya dengan harga di atas HET dari para pemasok beras lokal.
“Aprindo juga tidak memiliki wewenang dalam mengatur harga serta mengontrolnya,” ujarnya.
Diakui Roy jika kenaikan harga yang dilakukan para produsen dapat menyebabkan kelangkaan bahan pokok di gerai ritel modern yang ada di seluruh Indonesia.
“Dan kelangkaan yang terjadi ini juga dapat menimbulkan panic buying dikarenakan masyarakat takut kehabisan stok untuk mereka di rumah,” ucapnya.
Roy mengungkapkan jika saat ini peritel mulai kesulitan untuk memperoleh suplai beras untuk beras tipe premium lokal dengan kemasan 5 kilogram.
Baca Juga:
Ajak Bermain di Playground, Presiden Jokowi Bagikan Video Mengasuh Cucu pada Akun Media Sosialnya
“Keterbatasan yang terjadi karena masa panen yang diperkirakan terjadi di pertengahan Maret 2024,” jelasnya.
Roy menerangkan jika faktor lain yang menyebabkan tingginya harga beras juga adalah belum masuknyake Indonesia beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan atau SPHP yang diimpor oleh pemerintah.
Roy menuturkan jika pihak Aprindo telah meminta pemerintah untuk melakukan relaksasi HET dan juga harga-harga acuan lainnya.
“Ini untuk nantinya peritel dapat membeli berbagai bahan pokok dari produsen yang menyediakannya,” imbuhnya.
Menurutnya, tujuan dari relaksasi ini adalah untuk mencegah kekosongan bahan pokok dan juga kelangkaannya.
“Terlebih di bulan Februari ini, para peritel diketahui mulai membeli dari produsen untuk pasokan Ramadhan dan Idul Fitri yang sebentar lagi tiba,” paparnya. (*/Mey)