Internasional, gemasulawesi – Para petugas medis dan juga petugas pertolongan pertama di Jalur Gaza menyatakan sedikitnya 16 orang tewas dalam serangan udara terbaru yang dilakukan oleh penjajah Israel di Rafah, Palestina
Petugas pertolongan pertama yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa 7 orang dari 1 keluarga dan 9 orang dari keluarga lainnya tewas yang menyebabkan jumlah korban tewas dalam serangan tersebut mencapai 16 orang.
Serangan udara tersebut dilaporkan terjadi di 2 lokasi berbeda di sekitar kota Rafah, yang berada di wilayah tengah dan juga timur pada hari Minggu kemarin, 5 Mei 2024.
Sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan jumlah tersebut meningkat setelah sebelumnya dikabarkan 10 orang warga Palestina tewas.
Di sisi lain, Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini mengatakan pemerintah penjajah Israel terus menolak akses kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Dalam postingan terbarunya di media sosial X kemarin, 5 Mei 2024, Lazzarini mengakui dia sendiri tidak diberi akses ke Jalur Gaza untuk yang kedua kalinya minggu ini.
“Peningkatan penolakan akses kemanusiaan dan serangan terhadap pekerja serta konvoi kemanusiaan oleh penjajah Israel juga terjadi,” katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan hanya dalam 2 minggu terakhir, pihaknya mencatat 10 insiden yang melibatkan penembakan terhadap konvoi bantuan kemanuisaan, penangkapan terhadap staf PBB, termasuk dengan intimidasi, menelanjangi mereka dan juga ancaman dengan senjata.
“Selain itu, terjadi penundaan yang lama di pos pemeriksaan yang memaksa konvoi bantuan kemanusiaan bergerak dalam kegelapan atau dibatalkan,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur CIA, William Burns, sedang melakukan perjalanan ke Doha, Qatar, untuk mengadakan pertemuan darurat dengan Perdana Menteri Qatar.
Hal tersebut disampaikan oleh seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya yang mendapatkan penjelasan mengenai negosiasi penjajah Israel dan Hamas yang sedang berlangsung,
“Burns sedang dalam perjalanan ke Doha untuk pertemuan darurat yang bertujuan untuk memberikan tekanan maksimal kepada penjajah Israel dan Hamas untuk terus melakukan negosiasi,” terangnya. (*/Mey)