Internasional, gemasulawesi – Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, menyatakan jika sekarang ini adalah saatnya memberikan Gaza akses ke media internasional.
Menurut Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, akses tersebut diberikan agar para jurnalis Palestina di Jalur Gaza dapat melengkapi pekerjaan mereka.
Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, menyatakan jika jurnalis Palestina di Jalur Gaza harus bergabung dengan rekan-rekan internasional mereka yang lainnya untuk melaporkan perang Gaza.
Dalam keterangan kemarin, 3 Mei 2024, menandai Hari Kebebasan Pers Sedunia, Lazzarini mencatat jumlah tertinggi jurnalis yang terbunuh dalam konflik apapun terjadi di Jalur Gaza yang dilakukan oleh militer penjajah Israel.
“Tanpa keberanian dan tekad jurnalis Palestina, kita tidak akan mengetahui dan memahami sejauh mana tragedi yang terjadi di Jalur Gaza,” katanya.
Di sisi lain, Juru Bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, menyatakan jika Amerika Serikat telah bersikap jelas kepada penjajah Israel mengenai kekhawatirannya atas operasi militer besar apapun di Rafah dan juga bahaya yang ditimbulkan terhadap 1,5 juta warga sipil disana.
Jean-Pierre mengungkapkan AS ingin memastikan kehidupan rakyat Palestina terlindungi.
“Kami yakin pemerintah penjajah Israel akan mempertimbangkan kekhawatiran kami,” ujarnya.
Namun, diakui Jean-Pierre, jika Amerika Serikat belum melihat sebuah rencana yang komprehensif.
“Dan kami juga ingin memastikan jika perundingan tersebut terus berlanjut karena penting untuk melindungi nyawa rakyat Palestina yang tidak bersalah dan juga lebih dari 1 juta orang yang mencari perlindungan di Rafah,” paparnya.
Sementara itu, serangan udara penjajah Israel dikabarkan menghancurkan sebuah rumah di Kamp Maghazi, yang berada di Jalur Gaza bagian tengah.
Diketahui jika beberapa serangan penjajah Israel paling intens dalam perang yang berlangsung hampir 7 bulan ini terjadi di Jalur Gaza bagian tengah.
Dilaporkan jika Kamp Maghazi telah diserang selama beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir.
Salah satu serangan yang paling mematikan di Kamp Maghazi terjadi di bulan Desember 2023, dengan lebih dari 100 orang dilaporkan tewas.
Mayoritas diantara mereka adalah perempuan dan anak-anak yang menjadi pengungsi. (*/Mey)