Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, pasukan penjajah Israel telah meningkatkan serangan mereka ke Kota Gaza selama beberapa hari terakhir, dengan serangan udara yang seringkali mengenai daerah pemukiman.
Salah satu serangan pasukan penjajah Israel dilaporkan menargetkan rumah keluarga di pusat Kota Gaza dan menewaskan 15 orang, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Salah seorang sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan jika sejumlah jenazah warga Palestina ditemukan dibawah reruntuhan.
Salah satu saudara laki-laki pemilik rumah keluarga yang tidak disebutkan namanya mengatakan jika perempuan, anak-anak dan juga tetangga menjadi korban disini.
“Mereka adalah orang-orang yang cinta damai, tidur setelah makan terakhir sebelum berpuasa,” katanya.
Dia menambahkan bahwa meskipun demikian, keluarganya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan.
Baca Juga:
Ancaman Kelaparan, Salah Satu Pejabat UNICEF Serukan Pembukaan Semua Penyeberangan ke Jalur Gaza
“Karena kurangnya sumber daya, jenazah masih tertimbun di bawah reruntuhan akibat serangan dan kami masih belum dapat melakukan evakuasi hingga sekarang,” ujarnya.
Di sisi lain, pembicaraan gencatan senjata memasuki hari ketiga di Doha, Qatar, kemarin.
Diketahui jika pembicaraan gencatan senjata tersebut dilakukan antara delegasi penjajah Israel, mediator dari Qatar, Amerika Serikat dan Mesir.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar menyatakan bahwa meskipun masih terlalu dini untuk membicarakan terobosan, Qatar tetap optimis dengan hati-hati.
Dia juga melanjutkan jika setiap serangan yang dilakukan penjajah Israel terhadap Rafah hanya akan memberikan dampak negatif terhadap perundingan gencatan senjata.
Selain itu, juru bicara tersebut mengungkapkan jika perundingan yang dilakukan di Doha juga berfokus pada peningkatan jumlah bantuan kemanusiaan yang memasuki Jalur Gaza.
Salah seorang pejabat senior penjajah Israel yang tidak disebutkan namanya menyampaikan jika ada pesimisme jika kesepakatan gencatan senjata dapat dicapai.
Dia juga menyebutkan keraguannya apakah pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Yahya Sinwar, benar-benar mencari kesepakatan atau hanya bermain-main dengan waktu.
Sementara itu, WHO juga mengatakan jika semakin banyak anak-anak di Jalur Gaza yang berada di ambang kematian dikarenakan kelaparan akut.
“Bayi baru lahir juga meninggal disebabkan berat badan lahir rendah,” ungkap mereka. (*/Mey)