Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, para pejabat kemanusiaan PBB yang tidak disebutkan namanya menyatakan jika warga Palestina di Rafah yang berada di selatan Jalur Gaza pindah dari wilayah tersebut dikarenakan serangan udara penjajah Israel yang terus berlanjut.
Sebelumnya, diperkirakan jika sekitar 1,4 juta warga Palestina, yang disebutkan merupakan lebih dari separuh populasi Jalur Gaza, memadati Rafah.
Stephane Dujarric, yang merupakan juru bicara PBB, menyebutkan jika pergerakan dilaporkan terjadi menuju Deir El-Balah di Gaza tengah yang berjarak 16 kilometer di sebelah utara Rafah.
Baca Juga:
Korban Sipil Terus Meningkat, Ini Negara yang Berhenti Memasok Senjata ke Penjajah Israel
“Kekurangan pangan yang terjadi di Rafah sangat parah dan begitu juga halnya di tempat lain, terutama di Jalur Gaza utara yang menjadi target pertama penjajah Israel saat perang dimulai, dimana sebagian besar wilayah telah hancur total,” katanya.
Dujarric menerangkan jika di Rafah, kondisi kemanusiaan menjadi semakin parah dikarenakan orang-orang terus menghentikan truk bantuan untuk mengambil makanan.
Menurut Stephane Dujarric, pengiriman bantuan terhambat dikarenakan seringnya penutupan perbatasan.
Baca Juga:
Akan Bahas Perang, Rusia Undang Hamas dan Semua Faksi Palestina ke Moskow untuk Lakukan Pembicaraan
“Faktor lainnya yang menghambat pengiriman bantuan adalah kerusakan infrastruktur yang penting, pembatasan impor yang telah berlangsung lama dan juga pertempuran,” jelasnya.
Di sisi lain, dilaporkan jika Amerika Serikat bermaksud untuk meningkatkan persenjataan militer penjajah Israel bahkan ketika tekanan untuk gencatan senjata semakin meningkat.
Laporan yang sama menyatakan jika pemerintah penjajah Israel meminta akuisisi yang cepat untuk senjata senilai puluhan juta dolar dari Amerika Serikat.
Menurut pejabat Amerika Serikat dan juga mantan pejabat Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya, usulan pengiriman senjata meliputi bom MK-82, amunisi serangan langsung gabungan KMU-572 untuk menambahkan ‘panduan presisi’ pada bom dan sekering bom FMU-139.
“Pemerintahan Biden memerlukan anggota Komite Kongres untuk menyetujui transfer tersebut, meskipun pemerintah telah melewati Kongres AS untuk meningkatkan penjualan senjata ke penjajah Israel dalam beberapa bulan terakhir,” kata mereka.
Di sisi lain, setelah melakukan penggerebekan terhadap RS Nasser, militer penjajah Israel menyatakan jika mereka menemukan obat dengan nama tawanan penjajah Israel.
Sebelumnya, Hamas membantah menggunakan RS Nasser sebagai basis operasi atau untuk menyembunyikan tawanan. (*/Mey)