Internasional, gemasulawesi – Di tahun 1948, bersamaan dengan ratusan rbu warga Palestina lainnya yang secara etnis dibersihkan oleh lahirnya negara Israel, seorang anak bernama Ahmed Yassin yang kelak dikenal dengan nama Sheikh Ahmed Yassin, pergi bersama keluarganya untuk mengungsi ke Jalur Gaza.
Ahmed Yassin (Sheikh Ahmed Yassin) dilahirkan di Desa Al-Jaura yang saat Nakba terjadi, bersama dengan ratusan kota dan desa Palestina lainnya setelah Nakba dihapuskan dari peta oleh pasukan Zionis.
Saat Ahmed Yassin (Sheikh Ahmed Yassin) berusia 12 tahun, bermain dengan teman-temannya di tepi pantai dan mengalami kecelakaan yang sifatnya hingga kini belum jelas dan menyebabkan beberapa tulang belakang di bagian lehernya patah.
Baca Juga: Lebih dari 100 Gempa Susulan Terjadi, Korban Gempa Jepang Tercatat Bertambah Menjadi 24 Orang
Hal ini diketahui meninggalkan Ahmed Yassin dalam kondisi yang menentukan citranya, yakni seorang penderita lumpuh yang sebagian tubuhnya lumpuh dan harus bergantung pada kursi roda dan juga orang lain.
Ahmed Yassin berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di Gaza dan bekerja sebagai guru Studi Arab dan Islam hingga tahun 1964.
Dia kemudian bergabung dengan jurusan Bahasa Inggris di Universitas Ain Shams di Kairo, namun, hanya menghabiskan waktu sekitar 1 tahun disana.
Beberapa laporan menyebutkan hal tersebut dikarenakan karena kondisi kesehatan yang memburuk, tetapi laporan yang lain menyatakan adanya penindasan dari pihak berwenang di Mesir yang pernah menahannya sebentar di tahun 1965.
Diketahui jika penahanan tersebut dikarenakan keterlibatan Ahmed Yassin pada gerakan Ikhwanul Muslimin yang dilarang.
Ahmed Yassin yang kembali ke Jalur Gaza yang saat itu masih berada di bawah kendali Mesir, dilaporkan sangat dipengaruhi oleh Ikhwanul Muslimin dan mulai bekerja untuk cabang Palestina.
Baca Juga: Haruskan Warga Mengungsi ke Tempat Lebih Tinggi, Gempa Jepang Tewaskan 6 Orang
Ahmed Yassin kemudian mengembangkan reputasinya sebagai salah satu pengkhotbah yang paling dihormati di Jalur Gaza.
Dia sering memberikan khutbah saat salat Jumat dan mendapatkan banyak pengikut.
Di tahun 1987, Sheikh Ahmad Yassin ikut mendirikan Hamas yang merupakan singkatan dari bahasa Arab untuk Gerakan Perlawanan Islam.
Baca Juga: Berlangsung Lama, Apakah Israel Telah Cukup Melemahkan Hamas untuk Memenangkan Perang?
Namun, Israel tidak menginginkan untuk membiarkannya hidup dan akhirnya berhasil membunuhnya di tanggal 22 Maret 2004 bersama dengan 9 orang lainnya saat dia dibunuh oleh helikopter setelah meninggalkan masjid saat fajar. (*/Mey)