Nasional, gemasulawesi – Mudik di masa Idul Fitri meneguhkan tradisi bangsa Indonesia yang khas yang belum tentu berkembang di negara muslim lainnya.
Di Indonesia, setiap pribadi dan keluarga mempunyai kebiasaan untuk pulang sebentar ke keluarga atau kampung tempat asalnya pada saat seminggu sebelum dan seminggu setelah Lebaran.
Ritual mudik seringkali menjadi bertambah menarik karena seringkali tidak hanya bersifat individu tetapi lebih komunal bahkan terorganisir.
Lihat saja beberapa tahun lalu mudik bersama ala para pemangkas rambut asal Garut dengan menggunakan bis yang disewa bersama.
Demikian juga halnya dengan para pedagang dan pekerja warung Tegal yang mudik bersama.
Warga perantau Tanah Minang dan Bumi Sriwijaya dari Sumatera hingga perantau Baranusa dari Nusa Tenggara Timur atau NTT bahkan kerapkali mengorganisir mudik bareng hingga diantar atau dijemput pejabat daerah setempat selevel bupati hingga gubernur.
Dikutip dari Antara, mudik tidak hanya meneguhkan ikatan keluarga tetapi juga meneguhkan ikatan suku, kaum atau ikatan daerah dari level kampung, desa, dusun, kecamatan, kabupaten bahkan provinsi.
Fenomena ini mengingatkan sejarah masa silam saat Jong Ambon, Jong Sumatra, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Celebes menjadi pilar nasionalisme bangsa Indonesia.
Daerah menjadi aset bangsa Indonesia yang meneguhkan kebangsaan Indonesia. Pada konteks ini, mudik yang menguatkan ikatan kedaerahan juga sejatinya menjadi aset bangsa sebab dapat menjadi pilar bangsa.
Untuk umat Islam, dikenal 3 level persaudaraan yang populer, yakni persaudaraan sesama umat Islam atau ukhuwah islamiyah, persaudaraan sesama anak bangsa atau ukhuwah wathaniyah dan persaudaraan sesama anak manusia atau ukhuwah insaniyah atau ukhuwah bashariyah.
Persaudaraan yang paling dasar seagama dapat terus berkembang menjadi persaudaraan yang lebih universal, yakni adalah persaudaraan sesama umat manusia.
Kembali pada mudik di masa Idul Fitri yang masih terjadi pada hari-hari sekarang ini. Di Indonesia, fenomena mudik bersama menunjukkan terdapat ikatan yang juga kuat, yakni persaudaraan sesama kampung, desa, dusun atau daerah.
Jika meminjam istilah dari bahasa Arab, persaudaraan itu dapat disebut sebagai ukhuwah qaryatiyah.
Oleh Dr Destika Cahyana SP MSc (Antara)