Kupas Tuntas, gemasulawesi - Mengunjungi Kota Makassar tidak lengkap tanpa mengalami pesona sejarah yang terpatri dalam Museum Balla Lompoa.
Didirikan pada 11 Desember 1973 di Kelurahan Sungguminasa, museum ini melambangkan keagungan dan kejayaan Kerajaan Gowa yang kaya akan warisan budaya.
Balla Lompoa, yang secara harfiah berarti "rumah besar" dalam bahasa Makassar, dahulu digunakan sebagai istana bagi para raja Gowa pada masa lalu.
Bangunan ini berdiri megah dengan luas total 7663 m2, dengan bangunan utama terbuat dari kayu jati yang khas dengan arsitektur tradisional Makassar.
Meski kaya akan nilai sejarah, museum ini juga menunjukkan sentuhan modern dalam beberapa teknik konstruksi, seperti penggunaan baut pada persambungan kayu dan penggunaan batu bata untuk bagian dapur.
Kunjungan ke Museum Balla Lompoa dapat dilakukan dari hari Senin hingga Kamis pukul 08.00 - 13.00 WITA, dengan waktu singkat pada hari Jumat dan Sabtu.
Baca Juga:
Ini Dia Pusaka Terlupakan yang Mengagumkan, Yuk Eksplorasi Keindahan Candi Dermo di Sidoarjo
Tiket masuk ke museum ini berbasis sukarela, memungkinkan setiap pengunjung untuk menikmati kekayaan sejarah tanpa hambatan.
Fasilitas museum mencakup berbagai ruang, mulai dari Ruang Administrasi yang teratur hingga Ruang Konservasi dan Preparasi yang penting untuk pelestarian artefak berharga.
Selain itu, terdapat juga Ruang Auditorium dan Ruang Pameran Tetap yang menampilkan koleksi-koleksi bersejarah Kerajaan Gowa.
Berlokasi di Jalan Sultan Hasanuddin No. 44, Sangguminasa, Kecamatan Samba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, museum ini mudah diakses dari berbagai titik transportasi utama di sekitarnya.
Dari Bandara Hasanuddin, jaraknya hanya sekitar 1 km, sementara dari Terminal Bis Mallengkeri sekitar 3 km, dan dari Pelabuhan Laut Soekarno Hatta sekitar 23 km.
Museum Balla Lompoa tidak hanya menjadi tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, tetapi juga sebuah jendela yang membuka wawasan tentang kemegahan dan kejayaan Kerajaan Gowa.
Kunjungan ke museum ini tidak hanya memuaskan antusiasme sejarah, tetapi juga menjadi perjalanan yang mendalam ke dalam budaya dan kekayaan warisan Indonesia. (*/CAM)