Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, delegasi senior Hamas dikabarkan telah meninggalkan Kairo, Mesir, setelah sebelumnya melakukan pembicaraan gencatan senjata dengan mediator.
Hamas dikabarkan meninggalkan Kairo, Mesir, pada hari Senin, tanggal 29 April 2024, waktu setempat.
Diketahui jika Hamas telah berulang kali menegaskan jika mereka tidak akan menerima kesepakatan yang tidak mencakup gencatan senjata permanen dan juga penarikan penuh pasukan penjajah Israel dari Jalur Gaza.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Anthony Blinken, mengatakan jika usulan penjajah Israel adalah tawaran yang sangat murah hati.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Mesir menyampaikan jika dia berharap terhadap usulan baru kesepakatan gencatan senjata.
Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, mengungkapkan jika potensi kesepakatan itu akan meliputi gencatan senjata selama 40 hari sebagai imbalan atas pembebasan tawanan dari Jalur Gaza.
Osama Hamdan, yang merupakan pejabat senior Hamas, menekankan bahwa meghentikan serangan terhadap warga Palestina bukanlah tindakan yang murah hati.
“Serangan itu sendiri adalah kejahatan, sehingga ketika kejahatan dihentikan, tidak dapat dikatakan bahwa hal tersebut adalah tindakan yang murah hati dari pihak penjajah Israel,” tegasnya.
Di sisi lain, beberapa kelompok agama, hak-hak sipil dan progresif telah menyatakan solidaritasnya terhadap mahasiswa yang memprotes dukungan Amerika Serikat terhadap penjajah Israel.
Kelompok-kelompok tersebut, termasuk dengan Sunrise Movement, Movement for Black Lives dan Working Families Party, memuji para pengunjuk rasa mahasiswa dalam pernyataan bersama yang dirilis pada hari Senin, tanggal 29 April 2024, waktu setempat.
“Kami memuji para mahasiswa yang menggunakan hak mereka untuk melakukan protes secara damai meskipun ada tekanan dan pembalasan yang luar biasa untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai serangan penjajah Israel di Jalur Gaza, dengan senjata dan juga pendanaan Amerika Serikat,” ujar mereka.
Lebih lanjut, organisasi-organisasi tersebut mengungkapkan jika para mahasiswa mengajukan tuntutan yang jelas agar universitas-universitas mereka melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang mengambil keuntungan dari pendudukan penjajah Israel.
Diketahui jika para mahasiswa telah membuat gelombang demonstrasi yang baru, yang ditandai dengan para pengunjuk rasa mendirikan perkemahan di kampus mereka.
Gelombang protes mahasiswa melanda Amerika Serikat dan menjadi berita utama internasional. (*/Mey)