Internasional, gemasulawesi – Kelompok Hak Asasi Tahanan Palestina, Addameer, menyatakan jika saat ini terdapat lebih dari 200 anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara penjajah Israel.
Menurut Kelompok Hak Asasi Tahanan Palestina, ke-200 anak Palestina tersebut termasuk dengan anak-anak dari Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza.
“Meskipun terjadi peningkatan penangkapan sejak perang dimulai, penjajah Israel telah secara sistematis menangkap dan menganiaya anak-anak Palestina selama beberapa dekade,” kata mereka.
Addameer juga menyampaikan jika penjajah Israel adalah satu-satunya negara di dunia yang secara sistematis mengadili antara 500 dan 700 anak-anak Palestina setiap tahunnya di pengadilan militer.
“Periode setelah perang dimulai dianggap sebagai masa terberat untuk narapidana pada umumnya dan khususnya terhadap anak-anak,” ujar mereka.
Dalam pernyataan yang diungkapkan pada tanggal 4 April 2024 waktu Palestina tersebut, Addameer menyatakan jika tahanan Palestina yang dibebaskan telah melaporkan pelecehan fisik dan juga psikologis di penjara-penjara penjajah Israel.
“Banyak diantara mereka yang mengakui tidak mendapatkan makanan dan air yang cukup, serta tidak mendapatkan layanan kesehatan dan perhatian medis, sehingga mengakibatkan beberapa kematian,” ucap mereka.
Addameer juga memaparkan jika ribuan tahanan, termasuk setidaknya 41 anak-anak, saat ini ditahan secara administratif, yang berarti mereka ditahan tanpa batas waktu tanpa dakwaan atau pengadilan.
Sementara itu, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina atau PRCS juga mengungkapkan beberapa hal dalam postingannya di media sosial X untuk menghormati Hari Anak Palestina.
Salah satu postingan mereka berbunyi ‘1000 anak di Jalur Gaza telah kehilangan salah satu atau kedua kakinya’.
Unggahan mereka yang lain menyebutkan jika ‘4 anak terbunuh setiap jamnya di Jalur Gaza’.
Hingga saat ini, sekitar 33.037 warga Palestina telah meninggal di Jalur Gaza.
Sebanyak 75.668 orang lainnya terluka dalam agresi yang dilakukan penjajah Israel di Jalur Gaza sejak tanggal 7 Oktober 2023.
Laporan mengungkapkan jika sebagian besar diantara mereka adalah anak-anak dan perempuan. (*/Mey)