Internasional, gemasulawesi – Kota tua Betlehem di Tepi Barat, Palestina, menyuguhkan pemandangan yang tidak biasa di Natal tahun ini, dengan toko-toko yang tutup, jalan-jalan yang sepi, dan sedikit orang yang berjalan dengan cepat.
Manger Square yang berada di Betlehem juga hampir selalu kosong dari orang-orang dan tanpa pohon Natal yang menjadi ciri khas perayaan Natal di bulan Desember.
Suasana di Betlehem sama sekali tidak seperti sore hari di bulan Desember seperti biasanya di kota kelahiran Yesus, sedangkan kota-kota yang ada di seluruh dunia merayakan kelahiran Betlehem.
Baca Juga: Masih Terus Bombardir, Ahli Sebut Einstein Telah Ramalkan Penjajah Israel 75 Tahun Lalu
Meski diperingati, tahun ini, Natal tidak akan dirayakan di Palestina.
Komunitas Kristen kecil di Palestina yang merupakan komunitas tertua di dunia, telah memutuskan untuk merayakannya secara tertutup sebagai reaksi dari agresi Israel di Gaza.
Pendeta Munther Ishaq yang merupakan pendeta Gereja Evangelis Lutheran di Betlehem menyatakan jika dalam konteksnya, kelahiran Yesus terjadi di bawah pendudukan di tengah pembantaian anak-anak Betlehem dan tidak ada yang lebih Palestina daripada Natal dalam konteks tahun ini.
Sebelumnya, di bulan November lalu, gereja tersebut sempat viral di media sosial setelah foto-foto Kandang Natal tersebar.
Baca Juga: Termasuk Korban, Pemantau HAM Sebut Penjajah Israel Eksekusi Puluhan Lansia di Gaza
Dalam foto tersebut, bayi Yesus dibaringkan di atas jerami yang berada di tengah-tengah puing yang dikatakan mencerminkan bayi-bayi Palestina yang diselamatkan setelah pemboman yang dilakukan Israel di Gaza.
Bahkan wakil presiden AS, Kamala Harris, secara terbuka diingatkan bahwa ‘di Betlehem, bayi Yesus berada di bawah reruntuhan’ oleh perwakilan Partai Demokrat yang mengonfrontasinya di pidato makan malam Natal.
Pendeta Munther mengakui jika dia tidak mengira Kandang Natal akan menjadi terkenal di dunia.
Baca Juga: Hadapi Patah Hati Saat Natal, Umat Kristen Betlehem Ungkap Tidak Rasakan Kegembiraan di Hati Mereka
“Hal itu tidak kami maksudkan,” katanya.
Munther menjelaskan jika ini dimaksudkan sebagai pesan yang disampiakn untuk seluruh rakyat dan komunitas di Palestina.
“Pesannya adalah Tuhan menderita bersama mereka yang tertindas dan bahwa Tuhan tahun ini ada disana, di Gaza, di bawah reruntuhan dan di rumah sakit yang tanpa listrik,” tegasnya.
Seorang ibu Kristen Palestina, Hind Shraydeh, mengungkapkan dia menulis di halaman media sosialnya ‘bayi Yesus sendirian di reruntuhan gua’. (*/Mey)