Internasional, gemasulawesi – UNICEF baru-baru ini melaporkan jika sekitar 20.000 anak telah lahir di Jalur Gaza sejak perang yang dimulai pada tanggal 7 Oktober 2023 lalu.
Diketahui jika hal tersebut dikemukakan oleh pakar komunikasi UNICEF, Tess Ingram, yang dikatakannya saat di Jenewa, Swiss.
Menurut pakar komunikasi UNICEF tersebut, jika menggunakan perhitungan untuk 105 hari perang di Jalur Gaza sekitar 20.ooo bayi dilahirkan, maka berarti 1 bayi atau anak lahir setiap 10 menit.
Baca Juga:
Diculik oleh Penjajah Israel, Seorang Penyair Palestina Ceritakan yang Terjadi pada Dirinya
Dia mengungkapkan jika situasi untuk kaum perempuan yang hamil dan juga bayi baru lahir di Jalur Gaza tidak dapat dipercaya oleh semua orang.
“Dan karena hal tersebut, maka hal ini memerlukan tindakan yang intensif dan segera untuk mereka,” katanya.
Ingram menambahkan bahwa ibu hamil dan menyusui, serta bayi mereka harus hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi karena peperangan yang hingga kini tidak berhenti.
“Mereka harus hidup di tempat penampungan sementara dengan gizi yang buruk dan juga dengan air yang tidak aman untuk mereka konsumsi setiap harinya,” ujarnya.
Lebih lanjut, pakar komunikasi UNICEF itu menyatakan hal tersebut menempatkan sekitar 135.000 anak yang berada di bawah usia 2 tahun dalam resiko malnutrisi yang juga parah.
Sebelumnya, UNICEF juga sempat melontarkan pernyataan lain yang menegaskan jika Jalur Gaza adalah tempat yang paling berbahaya di dunia untuk anak-anak.
Jamer Elder yang merupakan juru bicara UNICEF menuturkan jika RS Al Nasser di Khan Younis yang diketahui adalah rumah sakit terbesar yang masih berfungsi harus mengalami pemboman sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut.
“RS Al Nasser menampung sejumlah besar anak-anak yang mengalami luka parah akibat serangan yang ditujukan kepada rumah-rumah mereka,” ucapnya.
Hingga kini, sekitar 24.762 orang meninggal karena perang genosida yang dilakukan penjajah Israel.
Angka tersebut tercatat di hari Jumat, tanggal 19 Januari 2024 lalu.
Disebutkan jika ini adalah bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sekitar 85% dari populasi Jalur Gaza harus mengungsi. (*/Mey)